Sakit Tenggorokan Tak Kunjung Sembuh? Bisa Jadi Tanda Bahaya Kanker

Sakit tenggorokan sering dianggap sepele karena kerap muncul saat musim flu atau akibat kelelahan. Namun, jika rasa sakit tersebut tidak kunjung reda setelah tiga minggu, sebaiknya jangan diabaikan. Menurut Dr. Jiri Kubes, seorang onkologi radiasi dari Proton Therapy Centre yang dikutip oleh Medical Daily, sakit tenggorokan yang bertahan dalam waktu lama dapat menjadi pertanda awal dari kanker, khususnya kanker amandel atau tenggorokan. Ia menekankan pentingnya pemeriksaan medis jika gejala tidak juga mereda, apalagi jika semakin memburuk.

Walau kanker tenggorokan tergolong jarang, deteksi dini berperan penting dalam memperbesar peluang kesembuhan. Penyakit ini biasanya menyerang laring atau pita suara, dan memiliki banyak faktor risiko. Beberapa penyebab yang memicu kondisi ini antara lain kebiasaan merokok, konsumsi alkohol berlebihan, serta pola makan yang buruk. Risiko juga meningkat pada pria berusia di atas 40 tahun, pekerja dengan paparan bahan kimia berbahaya, atau mereka yang memiliki riwayat keluarga penderita kanker kepala dan leher. Sistem kekebalan tubuh yang lemah, serta infeksi virus seperti HPV, juga bisa memengaruhi munculnya kanker jenis ini.

Gejala lain yang perlu diwaspadai selain sakit tenggorokan berkepanjangan adalah suara serak, batuk terus-menerus, nyeri saat menelan, nyeri di telinga, benjolan di leher, dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Jika kamu mengalami satu atau lebih dari gejala tersebut, apalagi berlangsung lama, jangan tunda untuk mencari pertolongan medis. Langkah cepat sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Ketika Tubuh Bicara: Kenali Tanda-Tanda Stres Sebelum Terlambat

Stres merupakan reaksi alamiah tubuh saat menghadapi tekanan, dan kini menjadi bagian dari keseharian manusia modern. Walaupun sesekali mengalami stres adalah hal yang wajar, paparan berlebih dapat memicu gangguan kesehatan serius, baik secara fisik maupun psikologis. Menurut dr. Lahargo Kembaren, Sp.KJ, stres dapat muncul dari berbagai situasi, seperti tekanan kerja, konflik hubungan, hingga masalah keuangan. Ia menjelaskan bahwa stres dapat dikenali melalui empat aspek: emosi, perilaku, fisik, dan pikiran.

Secara emosional, orang yang stres cenderung lebih mudah tersinggung, merasa tidak diperhatikan, atau merasa sedih berlarut-larut. Dari sisi perilaku, perubahan pola makan dan tidur adalah sinyal yang patut dicermati. Gejala fisik juga sering kali menyertai, seperti jantung berdebar, perut kembung, sakit kepala, hingga mual. Secara kognitif, stres bisa menyebabkan gangguan konsentrasi dan kesulitan mengambil keputusan.

Tubuh pun bisa memberikan peringatan tambahan berupa gangguan tidur, nyeri otot, perubahan berat badan drastis, hingga gangguan pencernaan. Bahkan, perubahan mood yang tiba-tiba dan kecenderungan menarik diri dari lingkungan sosial menjadi pertanda lain yang tak boleh diabaikan. Bila tidak ditangani, stres dapat menurunkan kepercayaan diri, memicu rasa putus asa, hingga mendorong seseorang ke perilaku merugikan seperti konsumsi alkohol berlebihan.

Mengenali dan menanggapi sinyal-sinyal ini dengan bijak sangat penting. Jika gejala menetap dan mulai mengganggu keseharian, segeralah mencari bantuan tenaga profesional demi menjaga kesehatan mental dan fisik secara menyeluruh.

Manfaat Masker Wajah Susu dan Saffron untuk Kulit Lebih Segar

Membuat masker wajah dengan bahan susu dan saffron bisa menjadi pilihan alami untuk meremajakan kulit. Artis Nimrar Kaur mempraktikkan pembuatan masker ini di rumah dengan mencampurkan susu dengan beberapa helai saffron dan kapsul masker kering. Menurut Dr. Deepali Bhardwaj, seorang dokter kulit di Elska Skin Clinic, Delhi, kedua bahan tersebut memiliki manfaat luar biasa ketika digunakan bersama, seperti meningkatkan tekstur kulit dan memberikan efek peremajaan.

Susu mengandung asam laktat yang bisa membantu menembus lapisan kulit, memungkinkan saffron untuk meresap lebih cepat dan memberikan manfaatnya dengan lebih efektif. Saffron, yang merupakan benang merah dari bunga Crocus sativus, tidak hanya memberikan aroma segar, tetapi juga efektif mengatasi peradangan akibat polusi, asap, stres, atau kulit terbakar.

Namun, penggunaan masker susu dan saffron sebaiknya dibatasi hingga satu atau dua kali seminggu untuk menghindari efek samping pada kulit sensitif. Sebagian orang mungkin mengalami jerawat jika terlalu sering menggunakan susu pada kulit, jadi disarankan untuk melakukan uji tempel terlebih dahulu, terutama bagi mereka yang memiliki kulit sensitif atau rentan berjerawat.

Selain itu, ahli bedah kosmetik menambahkan bahwa bahan alami seperti susu dan kunyit juga dapat berfungsi sebagai pembersih alami dan pengelupas lembut untuk kulit. Sebelum mencoba masker ini, sangat penting untuk melakukan uji coba terlebih dahulu untuk menghindari reaksi alergi. Untuk membuat masker susu dan saffron, rendam 3-4 helai saffron dalam seperempat gelas susu cair putih selama dua jam. Setelah itu, aplikasikan campuran tersebut pada wajah dan leher selama 10-15 menit, kemudian bilas dengan air bersih.

Mengulik Insomnia: Saat Tubuh Lelah Tapi Mata Tak Mau Terpejam

Pernah merasa sulit terlelap meski tubuh terasa sangat lelah? Atau sering terbangun di tengah malam lalu kesulitan tidur kembali? Bisa jadi itu adalah gejala insomnia, gangguan tidur yang tidak bisa disepelekan. Menurut dr. Citra, dosen di Fakultas Kedokteran IPB University sekaligus Spesialis Kedokteran Penerbangan, insomnia bukan sekadar kekurangan tidur. Kondisi ini ditandai dengan kesulitan tidur setidaknya tiga kali dalam seminggu dan berdampak pada aktivitas di siang hari.

Efeknya pun tidak hanya sekadar rasa mengantuk, tapi juga dapat menurunkan konsentrasi, memicu mood buruk, hingga meningkatkan risiko kesalahan kerja. Bagi karyawan kantoran, mahasiswa, bahkan pekerja dengan tanggung jawab tinggi seperti masinis atau pilot, gangguan ini bisa berakibat serius. Insomnia yang berlangsung lama dapat memicu masalah kesehatan seperti hipertensi, stroke, diabetes, serta gangguan mental seperti kecemasan dan depresi.

Tidur siang kerap dianggap sebagai solusi, namun bila berlebihan justru bisa membuat pusing. Disarankan tidur siang hanya 20–30 menit saja agar tetap segar. Salah satu cara efektif mengatasi insomnia tanpa obat adalah dengan terapi kognitif yang bertujuan membentuk kebiasaan tidur sehat. Selain itu, menerapkan sleep hygiene seperti menjauhkan gadget sebelum tidur, menjaga kenyamanan kamar, mengatur suhu ruangan, hingga menggunakan aromaterapi, sangat dianjurkan. Bila gangguan tidur berlangsung lebih dari tiga bulan, konsultasi ke dokter adalah langkah terbaik. Dengan perubahan gaya hidup yang tepat, tidur yang nyenyak bisa kembali dinikmati.

Menguap Terus-Menerus? Bisa Jadi Sinyal Tubuh Alami Masalah Serius

Menguap sering dianggap sebagai pertanda tubuh sedang mengantuk. Namun menurut American Academy of Sleep Medicine (AASM), menguap berlebihan bisa jadi sinyal bahwa tubuh sedang mengalami masalah kesehatan yang lebih serius. Dr. Eric Olson, Presiden AASM dan ahli pengobatan tidur dari Mayo Clinic, menyebutkan bahwa rasa kantuk yang muncul terus-menerus tidak boleh dianggap sepele karena bisa berdampak luas terhadap kesehatan. Tidur malam yang tidak berkualitas selama kurang dari 7-8 jam per hari diketahui meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis seperti diabetes, tekanan darah tinggi, depresi, penyakit jantung, hingga stroke.

Spesialis tidur Kristen Knutson menjelaskan bahwa rasa kantuk di siang hari yang berlebihan dapat menjadi gejala gangguan tidur tertentu atau gangguan kesehatan lainnya. Sementara itu, Dr. Indira Gurubhagavatula dari Veterans Administration Medical Center mengungkapkan bahwa kurang tidur kronis dapat menurunkan kemampuan seseorang dalam menilai kondisi tubuhnya sendiri. Mereka merasa baik-baik saja, padahal secara medis mungkin sudah mengalami penurunan fungsi otak dan kewaspadaan, bahkan berisiko mengalami ‘microsleep’ yang berbahaya.

Untuk menilai tingkat kantuk, para ahli biasanya menggunakan Epworth Sleepiness Scale. Skor lebih dari 10 menunjukkan kondisi yang patut diwaspadai. Selain kurang tidur, kantuk berlebihan juga dapat dipicu oleh gangguan tidur seperti sleep apnea, efek samping obat, hingga gaya hidup tidak sehat. Menjaga rutinitas tidur, menghindari kafein dan alkohol, serta menciptakan lingkungan tidur yang nyaman sangat penting untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan.

Cara Mengukur Berat Badan Ideal Berdasarkan Tinggi Badan

Menjaga berat badan yang ideal sangat penting untuk mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan. Baik berat badan berlebih maupun kekurangan berat badan dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan. Kelebihan berat badan dapat menyebabkan penyakit seperti jantung, stroke, diabetes, hingga kanker, sementara kekurangan berat badan dapat meningkatkan risiko anemia, osteoporosis, dan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Untuk mengetahui apakah berat badan Anda sudah ideal, ada beberapa cara yang bisa digunakan. Salah satunya adalah dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). Rumus BMI adalah berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m). Dengan hasil perhitungan BMI, Anda bisa mengetahui kategori berat badan, seperti berat badan kurang, ideal, berlebih, atau obesitas.

Metode lain adalah Indeks Broca, yang menghitung berat badan ideal berdasarkan tinggi badan dan jenis kelamin. Untuk pria, rumusnya adalah tinggi badan (cm) dikurangi 100, lalu dikurangi 10%. Sedangkan untuk wanita, dikurangi 15%. Terdapat juga tabel berat badan ideal yang memberikan kisaran berat badan ideal berdasarkan tinggi badan, yang dapat digunakan sebagai acuan cepat.

Namun, penting untuk diingat bahwa angka-angka tersebut hanya bersifat referensi. Banyak faktor lain yang mempengaruhi penampilan tubuh, seperti massa otot, proporsi tubuh, usia, dan jumlah cairan tubuh. Oleh karena itu, meskipun metode-metode ini memberikan gambaran, disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli medis atau ahli gizi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Beras Merah: Pilihan Sehat yang Mengandung Risiko Tersembunyi

Penelitian terbaru dari Universitas Michigan State mengungkapkan bahwa beras merah mengandung arsenik karsinogenik yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras putih. Dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal Risk Analysis, para peneliti menemukan bahwa beras merah mengandung sekitar 40 persen lebih banyak arsenik anorganik, jenis arsenik yang terbukti dapat menyebabkan kanker. Temuan ini membuka diskusi baru mengenai reputasi beras merah sebagai pilihan makanan yang lebih sehat.

Meskipun beras merah kaya akan vitamin, mineral, serat, dan antioksidan yang baik untuk kesehatan, termasuk manfaat dalam menurunkan risiko kanker dan mendukung kesehatan jantung, penelitian ini menunjukkan bahwa beras merah juga membawa risiko paparan arsenik yang lebih tinggi. Arsenik dapat menyebabkan kerusakan genetik dan meningkatkan risiko kanker, yang merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan oleh konsumen yang memilih beras ini untuk manfaat kesehatannya.

Di sisi lain, beras putih lebih murah dan diterima secara luas oleh masyarakat, dengan kandungan arsenik yang lebih rendah. Proses pengolahannya mengurangi sebagian besar lapisan luar yang mengandung arsenik, meskipun ini juga mengurangi kandungan nutrisi pentingnya. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa anak-anak kecil, yang mengonsumsi makanan dalam jumlah lebih banyak relatif terhadap berat badan mereka, berisiko lebih tinggi terhadap paparan arsenik dari konsumsi beras merah.

Para peneliti menyarankan agar orang tua mempertimbangkan untuk menyeimbangkan konsumsi beras merah dan putih dalam pola makan anak-anak guna meminimalkan risiko kesehatan sambil tetap memperoleh manfaat gizi yang baik.

Rahasia Menjadi Tangguh dan Sehat Setelah Usia 50 Tahun Dimulai Sebelum Jam 9 Pagi

Penuaan adalah bagian alami dari kehidupan yang tidak bisa dihindari, namun bagaimana cara seseorang menjalaninya sangat ditentukan oleh gaya hidup. Bagi perempuan yang telah memasuki usia 50 tahun ke atas, menjaga kualitas hidup menjadi prioritas. Pilihan aktivitas di pagi hari, khususnya sebelum jam 9, berperan besar dalam menjaga kebugaran dan kesehatan jangka panjang.

Meski faktor genetik turut berpengaruh, kebiasaan yang dilakukan setiap hari sangat menentukan proses menua. Menurut Dr. Suneye Koohsari, menjalani pola hidup sehat dan seimbang mampu meningkatkan energi, memperbaiki suasana hati, hingga memperpanjang usia. Hal ini menjadi sangat penting bagi perempuan lanjut usia yang ingin tetap aktif dan produktif. Kebiasaan kecil yang dijalani secara konsisten memberikan dampak besar bagi kualitas hidup, bahkan ketika baru dimulai di usia 50-an.

Salah satu kebiasaan penting adalah menjaga kualitas tidur. Tidur selama 7 hingga 9 jam setiap malam mendukung imunitas, memperbaiki jaringan tubuh, dan menjaga fungsi otak. Selain itu, rutinitas seperti minum teh herbal bebas kafein di malam hari, berjalan ringan setelah makan malam, meditasi, serta menghindari konsumsi alkohol dapat membantu tidur lebih nyenyak dan bangun dalam kondisi segar. Menghindari konsumsi air terlalu dekat dengan waktu tidur juga disarankan untuk mencegah gangguan tidur. Menjaga kadar gula darah melalui camilan sehat sebelum tidur, seperti yoghurt dengan selai kacang, turut mendukung tubuh tetap bugar di pagi hari.

Makanan Sehat untuk Menjaga Kesehatan Jantung, Cegah Penyakit Jantung dengan Pilihan Tepat!

Pola hidup sehat, termasuk mengonsumsi makanan yang baik untuk jantung, memainkan peran penting dalam mencegah penyakit jantung. Jantung, sebagai organ vital yang memompa darah ke seluruh tubuh, membutuhkan perhatian khusus. Permasalahan jantung sering kali terkait dengan kolesterol tinggi dan tekanan darah yang tidak terkontrol. Dr. Jay Shah, seorang ahli jantung di Amerika Serikat, menyarankan beberapa jenis makanan yang dapat membantu menjaga kesehatan jantung.

Ikan berlemak, seperti salmon, dikenal kaya akan asam lemak omega-3, yang berfungsi mengurangi peradangan dan membantu menurunkan kadar kolesterol. Selain salmon, ikan lain seperti makarel, sarden, dan tuna juga sangat dianjurkan untuk dikonsumsi. Oat merupakan pilihan makanan lain yang baik untuk jantung. Kandungan serat larut pada oat dapat membantu menurunkan kolesterol jahat. Menurut Shah, pilihan seperti overnight oats atau bubur dengan buah beri adalah cara mudah untuk memasukkan oat dalam diet harian.

Sayuran hijau, seperti bayam dan kale, juga sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung. Sayuran ini mengandung nitrat alami yang membantu melebarkan pembuluh darah, meningkatkan aliran darah, dan menurunkan tekanan darah. Dengan kandungan kalium yang tinggi, sayuran hijau dapat membantu menyeimbangkan kadar natrium dalam tubuh, yang berperan penting dalam menjaga kesehatan kardiovaskular. Mengonsumsi sayuran berdaun hijau secara teratur juga dikaitkan dengan peningkatan performa olahraga dan fungsi jantung.

Cedera Olahraga pada Remaja: Tantangan, Penanganan, dan Harapan Masa Depan

Remaja aktif usia 10 hingga 19 tahun kerap menjadi kelompok yang rentan mengalami cedera saat berolahraga. Data dari Stanford Children’s Health mencatat lebih dari 3,5 juta anak dan remaja terluka setiap tahun akibat olahraga atau aktivitas fisik terorganisir. Cedera seperti terkilir dan otot tegang menjadi yang paling umum, terutama pada olahraga kontak seperti sepak bola dan basket. Penelitian tahun 2016 di Amerika Serikat menunjukkan sekitar 8,6 juta kasus cedera olahraga terjadi setiap tahun pada kelompok usia 5 hingga 24 tahun, dengan lebih dari separuhnya dialami oleh pria. Cedera paling banyak menyerang tubuh bagian bawah, disusul lengan, kepala, dan leher.

Menurut dr. L. Grace Tumbelaka, cedera yang tidak ditangani secara tepat sejak dini bisa berdampak serius di masa depan. Atlet remaja yang mengalami cedera berkepanjangan tanpa perawatan optimal berisiko mengalami kelelahan fisik dan mental, bahkan kehilangan semangat untuk melanjutkan karier di dunia olahraga. Proses pemulihan memerlukan pendekatan menyeluruh, bergantung pada jenis dan tingkat keparahannya. RS Siloam Mampang menghadirkan berbagai teknologi pemulihan canggih, mulai dari Cardiopulmonary Exercise Testing (CPET), Motion Analysis berbasis AI, hingga terapi Cryotherapy dan ESWT. Bahkan, metode Stem Cells Treatment digunakan untuk mempercepat regenerasi jaringan yang rusak.

Cedera seperti terkilir, otot tegang, hingga robekan pada tendon atau rotator cuff menjadi kasus yang sering terjadi. Meski kematian akibat cedera olahraga jarang, cedera kepala tetap menjadi perhatian utama. Dengan dukungan fasilitas modern dan penanganan berbasis bukti medis, para atlet muda kini memiliki harapan untuk pulih lebih cepat dan tampil lebih prima dalam kompetisi.