Kurma dan Unsalted Butter: Tren Baru yang Dapat Dampak Positif, Tapi Perhatikan Ini

Berbuka puasa dengan kurma telah menjadi tradisi yang diikuti oleh umat Muslim, karena sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits riwayat Abu Dawud, Rasulullah SAW bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian berbuka, maka berbukalah dengan kurma, sebab kurma itu mendatangkan berkah. Namun jika tidak ada, berbukalah dengan air karena air itu bersih.” Tradisi ini tidak hanya membawa berkah, tetapi juga memiliki manfaat bagi tubuh, terutama saat berbuka puasa setelah seharian berpuasa.

Kurma dikenal memiliki rasa manis yang lezat, namun lebih dari sekedar cita rasa, kurma mengandung berbagai nutrisi penting yang diperlukan tubuh saat berpuasa. Sebagai contoh, kurma kaya akan karbohidrat, serat, vitamin, dan mineral yang membantu mengembalikan energi yang hilang selama berpuasa. Belakangan ini, kurma juga hadir dalam berbagai variasi, seperti yang dipadukan dengan kacang almond atau keju untuk menambah cita rasa.

Namun, ahli gizi klinik, dr. Putri Sakti, MGizi, SpGK, AIFO-K, CBCFF, menyarankan agar konsumen tetap bijak dalam menambahkan bahan lain seperti unsalted butter atau keju pada kurma. “Boleh-boleh saja mengikuti tren tersebut, selama tidak berlebihan. Jangan lupa untuk memperhatikan kandungan kalori dan lemak yang ada pada tambahan bahan tersebut,” jelas dr. Putri dalam percakapan dengan detikcom, Minggu (9/5/2025).

Kurma sendiri, yang kaya akan karbohidrat, dapat memberikan energi dengan cepat setelah berpuasa seharian. Namun, jika ditambah dengan keju atau unsalted butter, yang memiliki kandungan lemak tinggi, total kalori dalam satu sajian bisa menjadi cukup signifikan. “Biasanya, satu butir kurma yang dipadukan dengan bahan-bahan tersebut sudah cukup, dan pastikan jumlahnya tidak berlebihan,” tambahnya.

Dr. Putri juga mengingatkan agar tak terlalu banyak mengonsumsi makanan manis saat berbuka puasa, karena hal ini bisa menyebabkan lonjakan kadar gula darah. Sebagai alternatif, ia menyarankan untuk menyelingi konsumsi kurma dengan takjil yang lebih tinggi protein, seperti telur rebus atau makanan yang kaya akan gizi lainnya. Dengan begitu, tubuh akan lebih mudah mendapatkan energi tanpa terganggu lonjakan gula darah yang tidak diinginkan.

“Pastikan porsi dan frekuensi konsumsi makanan manis diperhatikan, cukup satu butir saja untuk mencukupi kebutuhan energi saat berbuka,” ungkap dr. Putri. Sehingga, berbuka puasa tetap bisa dilakukan dengan seimbang dan tetap memperhatikan kesehatan tubuh.

Waspadai Efek Samping Asupan Vitamin D yang Terlalu Banyak

Belakangan ini, vitamin D3 menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah seorang influencer TikTok mengklaim bahwa suplemen ini dapat membantu menurunkan berat badan. Klaim tersebut tentu menarik perhatian banyak orang yang ingin mencapai berat badan ideal. Namun, apakah benar vitamin D3 memiliki efek langsung terhadap penurunan berat badan?

Fakta Ilmiah di Balik Vitamin D3 dan Berat Badan

Menurut dr. Maria Lestari, seorang spesialis kedokteran olahraga, hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang kuat yang menunjukkan bahwa vitamin D3 secara langsung menyebabkan penurunan berat badan. Namun, ia mengakui bahwa vitamin ini memang berperan dalam mengatur metabolisme tubuh dan penyimpanan lemak.

“Tidak ada bukti ilmiah yang kuat yang menyatakan bahwa vitamin D dapat langsung menurunkan berat badan. Namun, vitamin ini memang berperan dalam regulasi lemak dan metabolisme tubuh,” ujar dr. Maria saat dihubungi pada Sabtu (1/2).

Dengan kata lain, meskipun vitamin D3 penting bagi kesehatan tubuh, mengonsumsinya dalam jumlah berlebihan hanya karena ingin menurunkan berat badan bisa berdampak buruk.

Bahaya Konsumsi Vitamin D3 Berlebihan

Banyak orang tergiur untuk mengonsumsi vitamin D3 dalam dosis tinggi tanpa memahami efek sampingnya. Dr. Maria memperingatkan bahwa kelebihan vitamin D dapat menyebabkan kondisi yang disebut hipervitaminosis D, yaitu penumpukan vitamin D dalam tubuh yang bisa berujung pada berbagai masalah kesehatan.

Salah satu efek samping paling umum dari kelebihan vitamin D adalah hiperkalsemia, yaitu tingginya kadar kalsium dalam darah. Kondisi ini dapat menyebabkan mual, muntah, kehilangan nafsu makan, serta rasa haus berlebih yang diikuti dengan peningkatan frekuensi buang air kecil.

Tak hanya itu, ginjal juga bisa mengalami dampak negatif jika seseorang mengonsumsi vitamin D3 dalam jumlah berlebihan.

“Ginjal akan bekerja lebih keras untuk menyaring kelebihan vitamin D, yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal hingga menyebabkan gagal ginjal,” jelas dr. Maria.

Selain gangguan pada ginjal, efek samping lain dari kelebihan vitamin D termasuk nyeri tulang, kelelahan yang berlebihan, hingga gangguan pencernaan.

Berapa Dosis Vitamin D yang Dibutuhkan?

Agar tetap aman dan mendapatkan manfaat optimal, konsumsi vitamin D harus sesuai dengan kebutuhan harian tubuh. Dr. Maria menyarankan bahwa orang dewasa pada umumnya hanya membutuhkan sekitar 1.000 IU (International Units) vitamin D per hari.

Mengingat manfaatnya yang penting bagi tubuh, vitamin D memang tetap diperlukan, tetapi tidak boleh dikonsumsi sembarangan dalam dosis tinggi tanpa rekomendasi medis.

Kesimpulan

Vitamin D3 memang berperan dalam metabolisme tubuh, tetapi tidak serta-merta menjadi solusi untuk menurunkan berat badan. Mengandalkan suplemen ini tanpa memahami dosis yang tepat justru bisa berakibat buruk bagi kesehatan. Daripada tergiur klaim yang belum terbukti, lebih baik fokus pada pola makan sehat dan olahraga yang sudah terbukti efektif dalam menjaga berat badan ideal.

Cegah Risiko Siber, Kemenkes Perketat Uji Keamanan Inovasi Digital

Jakarta – Dalam upaya meningkatkan kualitas dan keamanan inovasi digital di sektor kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) kini menerapkan Regulatory Sandbox, sebuah mekanisme pengujian yang bertujuan untuk memastikan startup kesehatan beroperasi dengan standar yang aman dan sesuai regulasi.

Regulatory Sandbox memberikan ‘ruang aman’ bagi pelaku industri Inovasi Digital Kesehatan (IDK) untuk mengembangkan teknologi baru sambil tetap berada dalam pengawasan pemerintah. Program ini juga membantu Kemenkes dalam menyusun regulasi yang lebih adaptif terhadap perkembangan teknologi kesehatan yang semakin pesat.

“Regulatory Sandbox adalah mekanisme yang kami gunakan untuk menguji inovasi digital kesehatan, baik dari sisi proses bisnis, model bisnis, teknologi, hingga tata kelola. Hasil dari uji coba ini akan menjadi dasar rekomendasi kebijakan berbasis bukti bagi pemerintah,” ujar Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan Kemenkes, Setiaji, dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (4/2/2025).

Startup Kesehatan yang Lolos Uji Regulatory Sandbox

Program ini mencakup berbagai inovasi digital di bidang kesehatan, seperti aplikasi telemedicine dan platform penjualan obat. Setiap IDK yang berhasil melewati uji Regulatory Sandbox akan mendapatkan sertifikasi Kemenkes, yang ditandai dengan adanya logo Kementerian Kesehatan pada aplikasi mereka.

Menurut Setiaji, saat ini sudah ada 15 IDK yang dinyatakan lolos uji. Proses pengujian mencakup lima aspek utama, yaitu:

  1. Inovasi dan manfaat – Meliputi pengujian kualitas produk, standar layanan, teknologi, serta infrastruktur yang digunakan.
  2. Model bisnis – Menilai keberlanjutan finansial, struktur organisasi, serta skema operasional startup.
  3. Spesifik klaster – Mengukur kepatuhan terhadap standar mutu layanan dalam berbagai kategori, seperti edukasi kesehatan, marketplace obat, serta alat kesehatan.
  4. Inklusivitas – Mengevaluasi aksesibilitas layanan bagi seluruh pengguna, termasuk kelompok rentan dan penyandang disabilitas.
  5. Keamanan siber dan privasi data – Memastikan bahwa startup memiliki sistem keamanan yang kuat untuk melindungi data pengguna.

Aspek Inklusivitas dalam Pengujian IDK

Salah satu elemen baru dalam Regulatory Sandbox adalah pengujian inklusivitas, yang menilai sejauh mana IDK dapat diakses oleh berbagai kelompok masyarakat, termasuk penyandang disabilitas.

“Saat ini, tidak semua IDK telah memenuhi standar inklusivitas. Misalnya, untuk pengguna tunanetra, kami menguji apakah aplikasi mendukung fitur voice over. Begitu juga bagi komunitas Tuli, apakah tersedia teks atau video panduan dalam bahasa isyarat,” jelas Setiaji.

Dalam proses pengujian ini, Kemenkes melibatkan asosiasi penyandang disabilitas sebagai pengguna langsung. Dengan demikian, mereka bisa memberikan masukan yang lebih spesifik agar aplikasi dapat benar-benar inklusif dan mudah digunakan oleh semua orang.

Selain akses bagi penyandang disabilitas, Regulatory Sandbox juga menilai bagaimana IDK dapat diakses oleh kelompok rentan lainnya, seperti masyarakat di daerah terpencil yang memiliki keterbatasan jaringan internet atau bandwidth.

Pelibatan Komunitas dalam Uji Coba

Salah satu startup kesehatan yang mengikuti uji coba ini adalah Doctor Tool. Reinaldo, perwakilan dari platform tersebut, berbagi pengalaman saat mengembangkan fitur inklusif bersama komunitas penyandang disabilitas.

“Selama proses pengujian, kami mendapatkan banyak masukan dari teman-teman disabilitas. Contohnya, pengguna Tuli meminta agar tersedia lebih banyak teks karena mereka tidak bisa mendengar. Selain itu, mereka juga menyarankan adanya video panduan dalam bahasa isyarat,” ungkapnya.

Pengalaman ini menunjukkan bahwa keterlibatan langsung komunitas dalam proses pengembangan teknologi kesehatan sangat penting. Dengan adanya Regulatory Sandbox, startup tidak hanya diuji dari aspek teknis, tetapi juga dari segi manfaat sosialnya.

Kesimpulan

Regulatory Sandbox menjadi langkah maju bagi Kemenkes RI dalam mengawal perkembangan Inovasi Digital Kesehatan di Indonesia. Melalui mekanisme uji yang ketat, pemerintah memastikan bahwa startup kesehatan memiliki standar keamanan, bisnis yang berkelanjutan, serta layanan yang inklusif.

Ke depan, diharapkan lebih banyak IDK yang ikut serta dalam program ini sehingga masyarakat Indonesia bisa mendapatkan layanan kesehatan berbasis digital yang lebih aman, inovatif, dan ramah bagi semua kalangan.

Fisik Terganggu Karena Merokok: Apa yang Terjadi pada Tubuh?

Meski seorang perokok mungkin tampak sehat dan bugar, kebiasaan merokok yang sudah berlangsung lama dapat meninggalkan dampak buruk yang tak terlihat secara langsung. Dari kulit yang mulai kusam hingga perubahan pada gigi yang menguning, kebiasaan ini secara perlahan mempengaruhi kondisi fisik seseorang.

Efek Merokok pada Fungsi Paru-paru

Dr. Ronny Lesmana, peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, menjelaskan bahwa kebiasaan merokok, baik yang akut maupun kronis, dapat mengubah biomarker dalam tubuh. Menurutnya, “Seorang perokok kronis pasti memiliki gambaran paru yang berbeda. Jika dilakukan pemeriksaan rontgen, perbedaan tersebut akan sangat terlihat,” ungkapnya dalam acara bedah laporan global “Lives Saved Report” di Jakarta pada 3 Februari 2025.

Salah satu dampak yang paling jelas adalah penurunan kapasitas paru-paru. Dr. Arifandi Sanjaya menambahkan, meski gejala penyakit serius seperti kanker paru atau penyakit jantung belum terlihat, perbedaan fisik yang paling mencolok antara perokok dan bukan perokok dapat dilihat pada kemampuan tubuh dalam berolahraga. “Orang yang sering terpapar karbon monoksida akan mengalami penurunan kapasitas paru-parunya. Ini semakin buruk jika mereka juga terpapar zat-zat kimia berbahaya dalam rokok,” jelasnya.

Dampak Merokok pada Gigi dan Mulut

Selain mempengaruhi paru-paru, merokok juga memberi dampak langsung pada kesehatan mulut. Proses pemanasan dalam rokok dapat menyebabkan masalah serius pada gigi dan mulut. “Tar dan karbon monoksida yang terkandung dalam rokok dapat menempel pada gigi dan mulut, menyebabkan masalah seperti bau mulut, gigi menguning, bahkan penyakit gusi,” tambah Dr. Arifandi.

Merokok sebagai Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular

Lebih jauh, merokok juga diketahui sebagai salah satu faktor risiko utama untuk penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, stroke, dan kanker. “Jika kebiasaan merokok digabungkan dengan faktor risiko lainnya, maka kemungkinan untuk mengembangkan penyakit tersebut akan semakin besar,” jelas Dr. Arifandi. Namun, ada juga kasus di mana perokok tampak tetap sehat, bahkan setelah bertahun-tahun merokok. Menurutnya, faktor ini bisa jadi disebabkan oleh gaya hidup sehat lainnya, seperti rutin berolahraga, menghindari makanan berminyak, dan menjaga pola makan sehat.

Kesimpulan

Meskipun ada perokok yang tidak langsung merasakan dampak merokok, kebiasaan ini tetap membawa risiko kesehatan jangka panjang yang signifikan. Oleh karena itu, untuk mencegah masalah kesehatan yang lebih serius, penting bagi setiap individu untuk mempertimbangkan untuk menghentikan kebiasaan merokok dan menjaga gaya hidup yang sehat.

Viral! Tips Cuci Muka Dengan Air Cucian Beras, Namun Dokter Peringatkan Hal Ini

Penggunaan air cucian beras untuk mencuci wajah kembali menjadi perbincangan hangat di media sosial. Banyak pengguna TikTok yang membagikan tips ini, mengklaim bahwa air beras dapat mencerahkan kulit dan memberikan manfaat lainnya. Namun, para ahli kesehatan mengingatkan agar masyarakat tetap berhati-hati dalam penggunaannya.

Air cucian beras telah lama dikenal dalam tradisi kecantikan di beberapa budaya, terutama di Asia. Kandungan nutrisi dalam air beras, seperti vitamin B dan E, serta antioksidan, diyakini dapat memberikan manfaat bagi kulit. Banyak pengguna media sosial yang berbagi pengalaman positif menggunakan air beras sebagai alternatif perawatan wajah yang alami dan ekonomis. Ini menunjukkan bahwa ada ketertarikan yang tinggi terhadap solusi kecantikan yang lebih alami.

Menurut berbagai sumber, air cucian beras dapat membantu mencerahkan kulit, menghilangkan bintik hitam, dan bahkan meredakan jerawat. Zat gamma-oryzanol dalam air beras juga dilaporkan mampu melindungi kulit dari kerusakan akibat sinar UV. Namun, meskipun banyak klaim positif, penting untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan efektivitasnya. Ini mencerminkan perlunya pendekatan berbasis bukti dalam dunia kecantikan.

Meskipun ada banyak manfaat yang diklaim, dokter menyarankan agar pengguna tetap berhati-hati. Dr. Giovanni Abraham menekankan bahwa meskipun air cucian beras dapat digunakan sebagai toner atau pembersih tambahan, tidak seharusnya menggantikan sabun wajah yang sudah terbukti efektif. Ia juga menyarankan agar orang dengan kulit sensitif berkonsultasi terlebih dahulu sebelum mencoba metode ini. Ini menunjukkan bahwa meskipun metode alami bisa bermanfaat, keselamatan harus tetap menjadi prioritas utama.

Untuk mendapatkan manfaat maksimal dari air cucian beras, disarankan untuk merendam beras dalam air bersih selama 30 menit dan kemudian menyaringnya sebelum digunakan. Pengguna dapat mengaplikasikan air tersebut ke wajah dengan cara menepuk-nepuk lembut menggunakan kapas. Ini menunjukkan bahwa teknik penggunaan juga mempengaruhi hasil akhir dari perawatan.

Dengan meningkatnya popularitas penggunaan air cucian beras untuk perawatan wajah, semua pihak berharap agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya penelitian dan konsultasi sebelum mencoba metode baru. Diharapkan bahwa informasi yang tepat akan membantu konsumen membuat keputusan yang lebih baik dalam memilih produk perawatan kulit mereka. Keberhasilan dalam memanfaatkan bahan-bahan alami dengan aman akan menjadi indikator penting bagi tren kecantikan masa depan.

Dokter Ungkap Cara Efektif Jalan Kaki Untuk Kesehatan Jantung

Dokter spesialis kedokteran olahraga, dr. Antonius Andi Kurniawan, membagikan tips tentang cara jalan kaki yang baik untuk meningkatkan kesehatan jantung. Dalam penjelasannya, ia menekankan bahwa jalan kaki adalah aktivitas fisik sederhana yang dapat memberikan manfaat besar bagi kesehatan kardiovaskular jika dilakukan dengan cara yang tepat.

Jalan kaki merupakan salah satu bentuk olahraga yang paling mudah diakses dan dapat dilakukan oleh hampir semua orang. Rutin berjalan kaki dapat membantu meningkatkan aliran darah ke jantung, memperkuat otot jantung, dan mengurangi risiko penyakit jantung. Ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik sederhana seperti berjalan kaki dapat memiliki dampak signifikan pada kesehatan jantung dan keseluruhan tubuh.

Menurut dr. Andi, jalan kaki dengan intensitas sedang adalah yang paling dianjurkan untuk kesehatan jantung. Ia menyarankan penggunaan “talk test” sebagai cara sederhana untuk menentukan intensitas tersebut. Jika seseorang masih bisa berbicara dengan jelas saat berjalan, maka itu menunjukkan bahwa intensitasnya sudah cukup baik. Ini mencerminkan pentingnya pemahaman tentang bagaimana mengukur efektivitas latihan fisik.

Dr. Andi merekomendasikan agar setiap orang berusaha untuk berjalan minimal 30 menit sehari, lima kali seminggu. Dengan durasi dan frekuensi ini, manfaat kesehatan dari jalan kaki dapat dirasakan secara optimal. Ini menunjukkan bahwa konsistensi dalam berolahraga adalah kunci untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam menjaga kesehatan jantung.

Dengan kemajuan teknologi saat ini, dr. Andi juga menyarankan penggunaan smartwatch atau perangkat pelacak kebugaran untuk memantau denyut jantung selama aktivitas berjalan. Memastikan denyut jantung berada pada tingkat yang sesuai dapat membantu individu memahami apakah mereka berolahraga dengan intensitas yang tepat. Ini menunjukkan bahwa teknologi dapat menjadi alat bantu yang berguna dalam menjaga kesehatan.

Dengan mengikuti panduan ini, diharapkan masyarakat dapat lebih sadar akan pentingnya aktivitas fisik sederhana seperti jalan kaki dalam menjaga kesehatan jantung. Diharapkan bahwa semakin banyak orang akan mengintegrasikan kebiasaan berjalan kaki ke dalam rutinitas harian mereka sebagai langkah awal menuju gaya hidup sehat. Keberhasilan dalam meningkatkan kesadaran akan manfaat jalan kaki dapat berkontribusi pada penurunan angka penyakit jantung di masyarakat.

Sering Gatal dan Merasa Lemas? Waspadai Masalah Imun Tubuh, Kata Dokter

Seorang dokter spesialis kesehatan menjelaskan bahwa gejala sering gatal dan merasa lemas dapat menjadi tanda bahwa sistem imun tubuh seseorang bermasalah. Dalam wawancara tersebut, dokter menekankan pentingnya mengenali sinyal-sinyal yang diberikan tubuh sebagai langkah awal untuk menjaga kesehatan.

Dokter menyebutkan bahwa gatal-gatal yang berulang dapat menandakan adanya reaksi alergi atau masalah pada sistem imun, seperti hipersensitivitas. Sementara itu, rasa lemas bisa jadi indikasi bahwa tubuh sedang berjuang melawan infeksi atau penyakit. Gejala-gejala ini sering kali diabaikan, padahal bisa menjadi pertanda awal dari gangguan kesehatan yang lebih serius. Ini menunjukkan bahwa kita perlu lebih peka terhadap kondisi tubuh kita sendiri.

Beberapa faktor dapat menyebabkan sistem imun melemah, termasuk stres, pola makan yang tidak sehat, kurang tidur, dan infeksi virus. Dokter menjelaskan bahwa ketika sistem imun tidak berfungsi dengan baik, tubuh menjadi lebih rentan terhadap berbagai penyakit. Oleh karena itu, penting untuk menjaga gaya hidup sehat agar sistem imun tetap kuat dan mampu melindungi tubuh dari serangan penyakit. Ini mencerminkan betapa pentingnya perawatan diri dalam menjaga kesehatan secara keseluruhan.

Dokter merekomendasikan beberapa langkah untuk meningkatkan kesehatan sistem imun, seperti mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, dan cukup tidur. Selain itu, mengelola stres melalui teknik relaksasi juga sangat dianjurkan. Jika gejala seperti gatal dan lemas terus berlanjut, sebaiknya segera berkonsultasi dengan profesional medis untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Ini menunjukkan bahwa proaktif dalam menjaga kesehatan sangat penting untuk mencegah masalah yang lebih besar.

Dengan meningkatnya kesadaran tentang pentingnya kesehatan sistem imun, diharapkan masyarakat akan lebih memperhatikan gejala-gejala yang muncul pada tubuh mereka. Edukasi mengenai tanda-tanda masalah imun harus terus disebarluaskan agar orang-orang dapat mengambil tindakan preventif sebelum kondisi memburuk. Ini menunjukkan bahwa informasi kesehatan yang tepat sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Dengan penjelasan ini, semua orang diharapkan untuk lebih waspada terhadap sinyal-sinyal dari tubuh mereka. Mengidentifikasi gejala awal dapat membantu dalam menjaga kesehatan dan mencegah komplikasi di masa depan.

Musim Hujan, Dinkes Surabaya Peringatkan Lonjakan Kasus ISPA

Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya memperkirakan adanya lonjakan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di masyarakat, terutama saat musim hujan dan pasca-libur panjang akhir tahun.

“Perubahan cuaca dan mobilitas tinggi selama akhir tahun dan awal tahun baru meningkatkan risiko kasus ISPA, influenza, dan radang tenggorokan,” ujar Kepala Dinkes Surabaya, Nanik Sukristina, Minggu (5/1/2024).

Faktor Risiko Lonjakan Kasus ISPA

Menurut Nanik, sejumlah faktor berkontribusi terhadap peningkatan kasus ISPA, di antaranya:

  1. Perubahan Cuaca Ekstrem
    Pergantian musim dan perbedaan suhu antara siang dan malam dapat melemahkan daya tahan tubuh, membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi.
  2. Aktivitas Tinggi Selama Liburan
    Periode liburan sering kali melibatkan interaksi sosial yang intens, meningkatkan risiko penyebaran penyakit melalui droplet atau kontak langsung.
  3. Kelelahan Akibat Jadwal Padat
    Aktivitas liburan yang padat, kurang tidur, dan stres dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, mempermudah virus dan bakteri menyerang.
  4. Kurangnya Kesadaran Pencegahan
    Tidak memakai masker saat sakit atau jarang mencuci tangan menjadi faktor yang memperburuk penyebaran penyakit.
  5. Lingkungan yang Tidak Higienis
    Tempat umum yang ramai dan kurang bersih dapat menjadi sarang penyebaran virus dan bakteri.

Dampak Cuaca dan Polusi Udara

Peningkatan kasus ISPA diperkirakan memuncak pada bulan November dan Desember, bersamaan dengan peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Tingginya kelembapan udara selama musim hujan menciptakan kondisi ideal bagi pertumbuhan virus dan bakteri penyebab ISPA.

Polusi udara akibat kendaraan bermotor dan aktivitas industri juga menjadi salah satu faktor yang memperburuk kondisi kesehatan saluran pernapasan. Kombinasi polusi dan kelembapan tinggi dapat memicu iritasi dan memperburuk gejala ISPA.

Pencegahan ISPA Selama Musim Hujan

Nanik mengimbau masyarakat untuk menjaga daya tahan tubuh dengan menerapkan gaya hidup sehat dan kebiasaan pencegahan. Berikut sejumlah langkah yang bisa diambil:

  • Cuci Tangan Secara Teratur: Gunakan sabun dan air mengalir, terutama setelah beraktivitas di tempat umum.
  • Gunakan Masker: Pastikan memakai masker saat berada di tempat ramai atau saat merasa tidak sehat.
  • Jaga Jarak Aman: Hindari kontak dekat dengan orang yang menunjukkan gejala sakit.
  • Tidur yang Cukup: Pastikan tubuh mendapatkan istirahat yang cukup untuk menjaga sistem imun tetap optimal.
  • Makan Makanan Bergizi: Konsumsi makanan yang seimbang untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
  • Vaksinasi Influenza: Lakukan vaksinasi sesuai rekomendasi dokter untuk mencegah infeksi.

Kesadaran Kesehatan Selama Nataru

Masyarakat di Surabaya diharapkan lebih peduli terhadap kesehatan selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru), di mana risiko penularan penyakit meningkat akibat cuaca buruk dan tingginya mobilitas.

“Penting untuk menjaga kebersihan dan memperhatikan pola hidup sehat selama musim hujan dan masa liburan. Dengan begitu, kita bisa mencegah risiko ISPA dan penyakit lainnya,” tutup Nanik.

Meninggalnya Pekerja Usai Ngegym Picu Diskusi Serius Tentang Kesehatan Jantung

Pada tanggal 31 Desember 2024, kasus meninggalnya seorang pekerja setelah berolahraga di gym pasca bekerja menjadi sorotan publik. Kejadian ini memicu diskusi mengenai hubungan antara aktivitas fisik yang intens dan risiko serangan jantung, terutama di kalangan pekerja yang memiliki gaya hidup sibuk.

Kejadian tersebut terjadi ketika seorang pria berusia 35 tahun mengalami serangan jantung setelah melakukan latihan intensif selama dua jam di gym. Menurut saksi, ia tampak sehat sebelum berolahraga, namun tiba-tiba terjatuh dan tidak sadarkan diri. Meskipun segera dilarikan ke rumah sakit, nyawanya tidak dapat diselamatkan. Kasus ini mengingatkan banyak orang tentang pentingnya memperhatikan kondisi kesehatan sebelum melakukan aktivitas fisik yang berat.

Dokter spesialis jantung, Dr. Basuni Radi, menekankan bahwa penting bagi individu, terutama mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung atau faktor risiko lainnya, untuk menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum melakukan olahraga berat. “Olahraga memang bermanfaat, tetapi jika dilakukan secara berlebihan tanpa persiapan yang baik, bisa berisiko,” ujarnya. Hal ini menunjukkan perlunya kesadaran akan kondisi kesehatan pribadi sebelum berolahraga.

Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan jumlah kasus serangan jantung pada usia muda di Indonesia. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, prevalensi penyakit jantung pada usia di bawah 40 tahun meningkat setiap tahunnya. Stres akibat pekerjaan, pola makan tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik teratur menjadi beberapa faktor penyebabnya. Diskusi ini semakin relevan dengan kejadian terbaru yang melibatkan pekerja di gym.

Para ahli kesehatan merekomendasikan agar individu mengelola stres dengan baik dan menjaga pola hidup sehat. Mengatur waktu untuk berolahraga secara teratur dengan intensitas yang sesuai dapat membantu mencegah masalah kesehatan serius. “Jangan sampai olahraga menjadi pemicu masalah kesehatan. Penting untuk mendengarkan tubuh kita,” tambah Dr. Basuni.

Kematian tragis pekerja setelah nge-gym ini menjadi pengingat bagi masyarakat tentang pentingnya kesadaran akan kesehatan jantung. Semua pihak kini diharapkan lebih memperhatikan tanda-tanda tubuh dan tidak mengabaikan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Dengan langkah-langkah preventif yang tepat, diharapkan angka serangan jantung dapat ditekan dan kesehatan masyarakat semakin terjaga.

Teknologi Robotik Da Vinci di Gleneagles Hospital Singapura Membantu Operasi Lebih Akurat

Inovasi teknologi kesehatan semakin berkembang pesat, dan rumah sakit di seluruh dunia terus mengadopsi teknologi canggih untuk memberikan perawatan terbaik bagi pasien. Salah satu teknologi terbaru yang digunakan di Singapura adalah Da Vinci Surgical System, yang membantu dokter dalam melakukan pembedahan dengan bantuan robotik. Sistem ini memberikan tingkat presisi yang sangat tinggi, memungkinkan prosedur medis dengan hasil yang lebih baik dan pemulihan lebih cepat.

Teknologi Canggih untuk Presisi Tinggi

Salah satu rumah sakit terkemuka di Singapura, Mount Elizabeth Novena Hospital, mulai memanfaatkan Da Vinci Surgical System untuk pembedahan minimal invasif. Sistem ini memungkinkan dokter untuk melakukan prosedur pembedahan dengan lebih stabil, mengurangi potensi tremor yang sering terjadi pada tangan manusia. CEO Mount Elizabeth Novena Hospital, Sherrie Lim, menjelaskan bahwa sistem ini bisa melakukan tugas yang sangat presisi, seperti mengupas kulit buah anggur, sebuah tugas yang menunjukkan keunggulan akurasi robot ini.

“Keunggulan dari Da Vinci adalah kemampuannya melakukan pembedahan dengan tingkat stabilitas tinggi. Sistem robotik ini memungkinkan dokter untuk mencapai hasil pembedahan dengan lebih akurat dan minim kesalahan,” kata Lim.

Pembedahan Minim Invasif dengan Presisi Maksimal

Menurut Faye Ting, Director of Operations di Gleneagles Hospital, IHH Healthcare Singapore, investasi dalam teknologi seperti Da Vinci Surgical System bertujuan untuk meningkatkan kualitas hasil pembedahan dan mempercepat pemulihan pasien. Sistem ini memungkinkan berbagai jenis pembedahan, termasuk pembedahan urologi, ginekologi, dan umum, dilakukan dengan luka sayatan yang sangat kecil—hanya sekitar 1 cm—yang mengarah pada proses penyembuhan yang lebih cepat.

Sistem ini dilengkapi dengan konsol 3D definisi tinggi yang memberi pandangan jelas kepada dokter bedah, memungkinkan pengoperasian robot dengan tingkat akurasi luar biasa. Gerakan lengan robotik meniru gerakan tangan dokter bedah, namun dengan presisi yang jauh lebih tinggi, mengurangi risiko kesalahan manusia.

“Prosedur menggunakan Da Vinci mengurangi rasa sakit, kehilangan darah, serta waktu pemulihan yang lebih singkat. Selain itu, risiko komplikasi juga lebih rendah,” tambah Faye Ting.

Terapi Proton: Inovasi Pengobatan Kanker yang Presisi

Selain Da Vinci Surgical System, teknologi canggih lainnya yang digunakan di rumah sakit Singapura adalah terapi proton. Terapi ini menggunakaan sinar proton untuk mengobati kanker dengan meminimalisir kerusakan pada jaringan sehat di sekitar tumor. Berbeda dengan terapi radiasi tradisional menggunakan sinar X-ray, terapi proton mengarahkan radiasi hanya ke area tumor, meminimalkan efek samping pada bagian tubuh yang sehat.

Menurut Fu Jin Feng, Head of Radiation Oncology IHH Healthcare Singapore, terapi proton sangat efektif untuk pengobatan kanker karena sinar proton berhenti setelah mencapai tumor, tanpa menyebar ke jaringan sehat di sekitarnya. Ini membuat terapi proton menjadi pilihan yang lebih aman dan lebih tepat sasaran dibandingkan dengan pengobatan radiasi konvensional.

“Terapi proton menargetkan kanker dengan lebih akurat, sementara jaringan sehat di sekitar tumor tetap aman dari paparan radiasi,” kata Fu.

Singapura Memimpin dalam Teknologi Kesehatan Inovatif

IHH Healthcare Singapore terus berkomitmen untuk memajukan layanan kesehatan dengan mengintegrasikan teknologi terbaru seperti Da Vinci Surgical System dan terapi proton, yang membawa harapan baru bagi pasien dalam menghadapi prosedur medis yang kompleks dan pengobatan kanker.

Dengan teknologi-teknologi canggih ini, rumah sakit di Singapura mampu memberikan layanan medis yang lebih aman, efisien, dan dengan tingkat kesuksesan yang lebih tinggi, menjadikan Singapura sebagai salah satu pionir dalam teknologi medis di Asia.