Waspadai Penyakit Kambuhan Usai Lebaran yang Sering Terabaikan

Lebaran identik dengan momen kebahagiaan dan hidangan lezat yang menggoda selera. Namun, di balik kemeriahan itu, tersembunyi potensi bahaya bagi kesehatan. Perubahan mendadak dalam pola makan dan gaya hidup selama masa liburan dapat memicu kambuhnya sejumlah penyakit kronis yang sebelumnya mungkin sudah terkendali. Beberapa penyakit yang rentan kembali muncul antara lain hipertensi, kolesterol tinggi, asam urat, diabetes, dan gangguan lambung seperti maag.

Hipertensi bisa meningkat drastis akibat konsumsi makanan tinggi garam dan kurangnya aktivitas fisik selama libur panjang. Kolesterol tinggi pun kerap menghantui pasca-Lebaran, terutama karena konsumsi gorengan, jeroan, dan makanan bersantan. Asam urat juga tidak kalah mengintai, terutama setelah menyantap seafood dan jeroan yang tinggi purin. Selain itu, pola makan manis yang berlebihan turut berkontribusi pada lonjakan gula darah yang bisa memicu diabetes. Tak kalah penting, gangguan lambung seperti maag sering muncul akibat makan tidak teratur dan konsumsi makanan pedas atau berlemak berlebihan.

Untuk mencegah risiko tersebut, penting menerapkan gaya hidup sehat pasca-Lebaran. Konsumsi makanan seimbang, perbanyak buah dan sayur, serta pilih metode memasak yang sehat seperti mengukus atau merebus. Jaga porsi makan, perbanyak minum air putih, dan lakukan aktivitas fisik ringan secara rutin. Selain itu, istirahat cukup dan pengelolaan stres yang baik turut membantu menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan agar tetap prima setelah masa perayaan.

Mengenali dan Mencegah Kolesterol Tinggi pada Anak Sejak Dini

Kolesterol tinggi tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga bisa dialami oleh anak-anak. Kondisi ini sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas, sehingga sulit terdeteksi tanpa pemeriksaan khusus. Kolesterol dan trigliserida adalah jenis lemak dalam darah yang dibutuhkan tubuh, tetapi jika kadarnya terlalu tinggi, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke di masa depan. Faktor utama yang menyebabkan kolesterol tinggi pada anak antara lain adalah pola makan tidak sehat, obesitas, faktor genetik, dan kondisi medis seperti diabetes. Salah satu indikator yang sering dikaitkan dengan kolesterol tinggi adalah kelebihan berat badan, meskipun anak dengan berat badan normal pun tetap berisiko jika memiliki riwayat keluarga dengan masalah kolesterol.

Karena kolesterol tinggi pada anak umumnya tidak menimbulkan gejala, pemeriksaan darah secara rutin menjadi sangat penting. American Academy of Pediatrics merekomendasikan anak menjalani tes kolesterol pada usia 9-11 tahun dan 17-21 tahun, atau lebih awal jika memiliki faktor risiko tertentu. Tes darah sederhana, yang dikenal sebagai panel lipid, akan mengukur kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat), HDL (kolesterol baik), dan non-HDL. Jika kadar LDL dan kolesterol total lebih tinggi dari batas normal, anak dapat dikategorikan memiliki kolesterol tinggi. Untuk mencegah risiko kesehatan di masa depan, anak dengan riwayat keluarga penyakit jantung atau stroke, obesitas, diabetes, atau tekanan darah tinggi disarankan menjalani pemeriksaan lebih awal.

Perubahan gaya hidup menjadi langkah utama dalam menangani kolesterol tinggi pada anak. Pola makan sehat yang kaya serat, seperti buah, sayur, dan biji-bijian, serta mengurangi makanan tinggi lemak jenuh seperti gorengan dan daging berlemak, sangat dianjurkan. Selain itu, anak harus rutin berolahraga setidaknya 60 menit sehari untuk membantu menjaga berat badan ideal dan meningkatkan kesehatan jantung. Mengurangi waktu bermain gadget dan meningkatkan aktivitas fisik juga menjadi bagian penting dalam pencegahan. Dalam beberapa kasus dengan kadar LDL sangat tinggi, dokter mungkin meresepkan obat penurun kolesterol, namun perubahan gaya hidup tetap menjadi prioritas utama. Dengan deteksi dini dan pola hidup sehat, risiko komplikasi akibat kolesterol tinggi pada anak dapat dicegah secara efektif.