Waspadai Penyakit Kambuhan Usai Lebaran yang Sering Terabaikan

Lebaran identik dengan momen kebahagiaan dan hidangan lezat yang menggoda selera. Namun, di balik kemeriahan itu, tersembunyi potensi bahaya bagi kesehatan. Perubahan mendadak dalam pola makan dan gaya hidup selama masa liburan dapat memicu kambuhnya sejumlah penyakit kronis yang sebelumnya mungkin sudah terkendali. Beberapa penyakit yang rentan kembali muncul antara lain hipertensi, kolesterol tinggi, asam urat, diabetes, dan gangguan lambung seperti maag.

Hipertensi bisa meningkat drastis akibat konsumsi makanan tinggi garam dan kurangnya aktivitas fisik selama libur panjang. Kolesterol tinggi pun kerap menghantui pasca-Lebaran, terutama karena konsumsi gorengan, jeroan, dan makanan bersantan. Asam urat juga tidak kalah mengintai, terutama setelah menyantap seafood dan jeroan yang tinggi purin. Selain itu, pola makan manis yang berlebihan turut berkontribusi pada lonjakan gula darah yang bisa memicu diabetes. Tak kalah penting, gangguan lambung seperti maag sering muncul akibat makan tidak teratur dan konsumsi makanan pedas atau berlemak berlebihan.

Untuk mencegah risiko tersebut, penting menerapkan gaya hidup sehat pasca-Lebaran. Konsumsi makanan seimbang, perbanyak buah dan sayur, serta pilih metode memasak yang sehat seperti mengukus atau merebus. Jaga porsi makan, perbanyak minum air putih, dan lakukan aktivitas fisik ringan secara rutin. Selain itu, istirahat cukup dan pengelolaan stres yang baik turut membantu menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan agar tetap prima setelah masa perayaan.

Jaga Ginjal Sehat, Hindari Gaya Hidup Berisiko

Dalam acara Gebyar Ramadan 1446 yang digelar oleh PDA Kota Batu di Gedung Graha Pancasila, Balai Kota Among Tani Batu, pada Sabtu (22/3/2025), dr. Achmad Rifai SpPD-KGH-FINASM membagikan berbagai tips penting untuk menjaga kesehatan ginjal. Ia menjelaskan bahwa gagal ginjal kronis merupakan kondisi kerusakan ginjal yang berlangsung lebih dari tiga bulan, di mana ginjal mengalami penyusutan akibat proses pengapuran dan kehilangan fungsinya lebih dari 60%.

Ginjal yang tidak berfungsi optimal akan mengalami gangguan dalam pembentukan vitamin D dan eritropoietin, serta kesulitan dalam membuang zat sisa seperti air, urea, dan kreatinin. Pemeriksaan urine dan USG menjadi cara utama untuk mendeteksi penyakit ini. Gagal ginjal kronis terbagi dalam lima tahap, mulai dari ditemukannya protein dalam urine pada tahap awal hingga kondisi ginjal yang sepenuhnya tidak berfungsi pada tahap akhir, yang mengharuskan pasien menjalani cuci darah.

Di Indonesia, hipertensi dan diabetes menjadi penyebab utama gagal ginjal. Kedua kondisi ini tidak disebabkan oleh konsumsi obat anti-hipertensi atau obat diabetes, melainkan akibat tekanan darah dan kadar gula darah yang tidak terkontrol. Faktor lain yang berkontribusi terhadap hipertensi meliputi pola makan tinggi garam, obesitas, merokok, stres, kolesterol tinggi, dan faktor genetik. Dr. Rifai juga mengingatkan bahaya minuman kemasan yang mengandung natrium serta gula tinggi, yang dapat merusak ginjal jika dikonsumsi berlebihan.

Untuk mencegah gagal ginjal kronis, seseorang perlu mengenali faktor risiko, menerapkan pola hidup sehat, mengonsumsi lebih banyak protein dan serat, membatasi karbohidrat, serta rutin berolahraga. Selain itu, terdapat juga gagal ginjal akut, yang berbeda dari gagal ginjal kronis karena masih dapat pulih jika penyebabnya diatasi dengan baik, seperti dehidrasi akibat diare yang dapat membaik dengan hidrasi yang cukup.

Sebagai penutup, dr. Rifai menegaskan bahwa kebiasaan yang dijalani hari ini akan menjadi investasi kesehatan di masa depan. Dengan menerapkan gaya hidup sehat sejak dini, manfaatnya akan terasa dalam jangka panjang.