Demam berdarah dengue (DBD) menjadi ancaman kesehatan yang tidak mengenal musim di Indonesia. Ketua Tim Kerja Arbovirosis dari Kementerian Kesehatan, Fadjar SM Silalahi, mengingatkan bahwa pola penyebaran penyakit ini berlangsung sepanjang tahun sehingga kewaspadaan harus terus dijaga. Tahun 2024 mencatat sejarah baru dengan jumlah kasus DBD tertinggi sejak dengue tercatat di Indonesia, yaitu sebanyak 242 ribu kasus dengan 1.400 kematian. Angka ini melampaui rekor sebelumnya pada tahun 2016, dan salah satu faktor pemicu utamanya adalah perubahan iklim yang signifikan.
Selama 2024, puncak kasus terjadi pada Januari hingga Maret, kemudian sempat menurun di pertengahan tahun, namun kembali meningkat menjelang akhir tahun. Memasuki 2025, jumlah kasus DBD mengalami penurunan signifikan menjadi sekitar 38 ribu dengan jumlah kematian sebanyak 182 jiwa. Meski demikian, Fadjar menegaskan bahwa penurunan ini bukan alasan untuk lengah, karena perubahan cuaca dan perilaku masyarakat dapat memicu peningkatan kasus kembali sewaktu-waktu.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan, menargetkan tidak ada lagi kematian akibat DBD pada tahun 2030. Upaya yang dilakukan mencakup pencegahan, pengobatan dini, dan inovasi medis seperti vaksinasi. Dokter penyakit dalam, Dirga Sakti Rambe, menekankan bahwa DBD bukan penyakit ringan. Angka kematian di Indonesia sangat tinggi, bahkan menyumbang sekitar 10 persen dari total kematian DBD di dunia. Karena itu, masyarakat diminta tidak menyepelekan penyakit ini dan terus menjaga kebersihan lingkungan serta waspada terhadap gejalanya.