Manfaat Masker Wajah Susu dan Saffron untuk Kulit Lebih Segar

Membuat masker wajah dengan bahan susu dan saffron bisa menjadi pilihan alami untuk meremajakan kulit. Artis Nimrar Kaur mempraktikkan pembuatan masker ini di rumah dengan mencampurkan susu dengan beberapa helai saffron dan kapsul masker kering. Menurut Dr. Deepali Bhardwaj, seorang dokter kulit di Elska Skin Clinic, Delhi, kedua bahan tersebut memiliki manfaat luar biasa ketika digunakan bersama, seperti meningkatkan tekstur kulit dan memberikan efek peremajaan.

Susu mengandung asam laktat yang bisa membantu menembus lapisan kulit, memungkinkan saffron untuk meresap lebih cepat dan memberikan manfaatnya dengan lebih efektif. Saffron, yang merupakan benang merah dari bunga Crocus sativus, tidak hanya memberikan aroma segar, tetapi juga efektif mengatasi peradangan akibat polusi, asap, stres, atau kulit terbakar.

Namun, penggunaan masker susu dan saffron sebaiknya dibatasi hingga satu atau dua kali seminggu untuk menghindari efek samping pada kulit sensitif. Sebagian orang mungkin mengalami jerawat jika terlalu sering menggunakan susu pada kulit, jadi disarankan untuk melakukan uji tempel terlebih dahulu, terutama bagi mereka yang memiliki kulit sensitif atau rentan berjerawat.

Selain itu, ahli bedah kosmetik menambahkan bahwa bahan alami seperti susu dan kunyit juga dapat berfungsi sebagai pembersih alami dan pengelupas lembut untuk kulit. Sebelum mencoba masker ini, sangat penting untuk melakukan uji coba terlebih dahulu untuk menghindari reaksi alergi. Untuk membuat masker susu dan saffron, rendam 3-4 helai saffron dalam seperempat gelas susu cair putih selama dua jam. Setelah itu, aplikasikan campuran tersebut pada wajah dan leher selama 10-15 menit, kemudian bilas dengan air bersih.

Perbandingan Manfaat Susu Dan Daun Kelor: Apa yang Perlu Diketahui?

Perdebatan mengenai manfaat susu dan daun kelor sebagai sumber nutrisi utama semakin mencuat, terutama dalam konteks program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Indonesia. Banyak ahli gizi menyoroti perbedaan kandungan gizi antara kedua bahan ini, serta potensi keduanya dalam memenuhi kebutuhan nutrisi masyarakat.

Susu sapi dikenal luas sebagai sumber kalsium dan protein yang sangat baik. Dalam satu gelas susu, terkandung sekitar 143 mg kalsium dan 8,14 gram protein. Selain itu, susu juga mengandung vitamin D yang membantu penyerapan kalsium secara efektif. Hal ini menjadikan susu sebagai pilihan utama untuk mendukung pertumbuhan tulang dan kesehatan gigi, terutama pada anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.

Di sisi lain, daun kelor (Moringa oleifera) semakin populer karena kandungan nutrisinya yang melimpah. Dalam 100 gram daun kelor segar, terdapat sekitar 1.077 mg kalsium dan 5,1 gram protein. Meskipun kandungan kalsiumnya jauh lebih tinggi dibandingkan susu, penyerapan kalsium dari daun kelor tidak seefektif dari susu. Hal ini disebabkan oleh adanya senyawa seperti oksalat dan fitrat yang dapat menghambat penyerapan mineral tersebut dalam tubuh.

Salah satu keuntungan dari daun kelor adalah kandungan zat besi non-heme yang cukup tinggi. Namun, penyerapan zat besi dari sumber nabati ini tidak optimal dibandingkan dengan zat besi heme yang ditemukan dalam produk hewani. Oleh karena itu, meskipun daun kelor memiliki banyak manfaat kesehatan seperti meningkatkan sistem imun dan mengurangi peradangan, ia tidak dapat sepenuhnya menggantikan susu dalam hal penyediaan nutrisi penting.

Ahli gizi Fahmy Arif Tsani menekankan bahwa meskipun ada wacana untuk mengganti susu dengan daun kelor dalam program MBG, kualitas gizi antara keduanya tidak dapat disamakan. Ia menyarankan agar penggunaan daun kelor lebih dipandang sebagai pelengkap daripada pengganti susu sepenuhnya. Ini penting untuk memastikan bahwa anak-anak mendapatkan semua nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh kembang mereka.

Dengan semakin banyaknya penelitian mengenai manfaat kedua bahan ini, masyarakat diharapkan dapat membuat keputusan yang lebih baik mengenai asupan nutrisi mereka. Kesadaran akan perbedaan manfaat susu dan daun kelor akan membantu orang tua memilih sumber makanan yang tepat untuk keluarga mereka, terutama bagi anak-anak yang membutuhkan asupan gizi optimal untuk pertumbuhan yang sehat.