Paparan berita negatif yang tak kunjung reda, mulai dari kebijakan kontroversial, kekerasan dalam demonstrasi, hingga kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi, sering kali menciptakan tekanan mental yang luar biasa bagi masyarakat. Psikolog Klinis dari Universitas Gadjah Mada, Pamela Andari Priyudha, menegaskan bahwa kondisi ini dapat menimbulkan stres psikologis kronis, bahkan memicu kondisi learned helplessness, yakni rasa tak berdaya meskipun ada peluang untuk bertindak. Jika dibiarkan, hal ini bisa berkembang menjadi apatisme dan depresi kolektif. Salah satu upaya menjaga kesehatan mental adalah dengan menyadari batasan konsumsi berita dan menghindari informasi yang memicu kecemasan, terutama ketika kondisi batin sedang rapuh. Mencari sumber informasi yang beragam dan kredibel juga penting demi menjaga objektivitas. Pamela menyarankan agar masyarakat tidak langsung bereaksi terhadap informasi yang belum terverifikasi, serta menghindari topik-topik yang bisa memancing emosi berlebihan. Selain itu, mengonsumsi konten yang positif dan inspiratif dapat membantu menjaga kestabilan suasana hati. Kontrol diri juga menjadi kunci penting dalam mempertahankan optimisme di tengah situasi yang tidak menentu. Mengenali batas antara hal-hal yang dapat dan tidak dapat dikendalikan akan menumbuhkan semangat dalam menjalani peran masing-masing. Pamela juga menekankan pentingnya dukungan emosional dalam bentuk kehadiran dan empati terhadap orang-orang terdekat. Namun, sebelum membantu orang lain, penting untuk mengevaluasi kondisi mental pribadi agar terhindar dari kelelahan emosional. Dalam hal ini, peran institusi pendidikan dan komunitas menjadi sangat penting dalam membentuk ekosistem informasi yang sehat, membangun ketahanan mental, serta menumbuhkan solidaritas sosial.