Waspada Hipoglikemia Saat Puasa, Kenali Gejalanya dan Cara Mengatasinya

Puasa memang memberikan banyak manfaat bagi kesehatan, tetapi bagi sebagian orang, terutama yang memiliki kondisi tertentu, bisa menyebabkan gula darah turun drastis atau dikenal dengan hipoglikemia. Kondisi ini terjadi ketika kadar gula darah berada di bawah 70 mg/dL, yang bisa berbahaya jika tidak segera ditangani. Beberapa gejala yang bisa muncul akibat hipoglikemia antara lain pusing, tubuh terasa lemas, gemetar, pandangan kabur, keringat dingin, kesulitan berkonsentrasi, rasa lapar berlebihan, detak jantung yang lebih cepat dari biasanya, serta perubahan suasana hati yang drastis. Jika mengalami tanda-tanda ini saat puasa, segera berbuka agar kondisi tidak semakin buruk.

Untuk mengatasi hipoglikemia saat berpuasa, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Segera konsumsi makanan atau minuman manis seperti jus buah atau permen untuk membantu menaikkan kadar gula darah dengan cepat. Setelah itu, konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat kompleks seperti nasi merah atau roti gandum agar gula darah tetap stabil lebih lama. Pastikan juga tubuh tetap terhidrasi dengan minum air putih yang cukup agar tidak semakin memperparah kondisi. Bagi penderita diabetes atau memiliki riwayat gangguan gula darah, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum menjalani puasa untuk mendapatkan saran terbaik. Selain itu, memantau kadar gula darah dengan alat cek gula darah juga bisa membantu memastikan kondisi tetap aman. Hindari aktivitas fisik yang terlalu berat saat berpuasa agar tubuh tidak kehilangan energi secara berlebihan. Mengelola stres dengan baik melalui relaksasi atau meditasi juga bisa membantu menjaga keseimbangan gula darah. Terakhir, pastikan mendapatkan waktu tidur yang cukup agar tubuh tetap bugar dan kadar gula darah tidak mudah turun. Dengan langkah-langkah ini, puasa bisa tetap dijalani dengan nyaman dan aman.

Seblak Bikin Gula Darah Naik, dr. Zaidul Akbar Bagikan Tips Sehat Makan Seblak

Pada 25 Oktober 2024, dr. Zaidul Akbar memberikan perhatian khusus kepada penggemar seblak, sebuah makanan khas Indonesia yang terbuat dari kerupuk basah dan bumbu pedas. Dalam sebuah acara kesehatan, dr. Zaidul mengungkapkan bahwa seblak bisa menyebabkan peningkatan kadar gula darah, terutama bagi mereka yang memiliki masalah diabetes atau sensitivitas terhadap karbohidrat.

Seblak yang terbuat dari kerupuk, yang biasanya tinggi karbohidrat, dapat meningkatkan gula darah dengan cepat setelah dikonsumsi. dr. Zaidul menjelaskan bahwa karbohidrat sederhana dalam kerupuk bisa diserap tubuh dengan cepat, yang mengakibatkan lonjakan gula darah. Ini menjadi perhatian serius bagi mereka yang berisiko diabetes atau memiliki riwayat penyakit terkait gula darah.

Untuk mengatasi masalah ini, dr. Zaidul membagikan tips agar tetap bisa menikmati seblak tanpa khawatir akan kesehatan. Pertama, ia menyarankan untuk mengurangi porsi kerupuk dan menambah sayuran segar dalam seblak. Sayuran tidak hanya memberikan serat, tetapi juga dapat membantu menstabilkan kadar gula darah. Menambahkan sayuran seperti kol, sawi, atau brokoli membuat seblak lebih bergizi.

Selain itu, dr. Zaidul merekomendasikan untuk memilih bahan tambahan yang lebih sehat, seperti protein tanpa lemak, seperti ayam atau telur, dan menghindari tambahan minyak berlebih. Dengan cara ini, seblak tidak hanya enak tetapi juga menjadi pilihan yang lebih seimbang. Mengurangi penggunaan bumbu yang terlalu pedas juga bisa menjadi pilihan agar tidak mengganggu lambung.

Dokter Zaidul juga mengingatkan pentingnya mengontrol waktu makan. Mengonsumsi seblak di waktu yang tepat dan tidak dalam keadaan lapar berlebihan bisa membantu mengurangi risiko lonjakan gula darah. Makan secara perlahan dan menikmati setiap suapan juga dianjurkan untuk memberi waktu bagi tubuh dalam mencerna makanan.

Sebagai penutup, dr. Zaidul Akbar menekankan bahwa seblak tetap bisa menjadi bagian dari pola makan yang sehat jika disiapkan dengan bijak. Dengan menerapkan tips yang dibagikannya, penggemar seblak dapat menikmati makanan favorit mereka tanpa harus mengorbankan kesehatan. Ini menjadi pengingat bahwa kesenangan kuliner dan kesehatan dapat berjalan beriringan jika diatur dengan baik.