Sensasi Kesemutan: Penyebab, Cara Mengatasi, dan Kapan Harus Waspada

Kesemutan adalah sensasi yang sering dialami banyak orang, terutama setelah duduk atau jongkok terlalu lama. Sensasi ini dikenal dalam dunia medis sebagai parestesia, yang terjadi akibat iritasi pada saraf dan menghasilkan sinyal tambahan. Beberapa orang menggambarkannya sebagai rasa geli, terbakar, atau bahkan nyeri pada bagian tubuh tertentu, seperti tangan, kaki, atau lengan. Parestesia bisa bersifat sementara ketika bagian tubuh terasa “mati rasa” atau dalam beberapa kasus bisa menjadi kondisi permanen yang berhubungan dengan masalah medis serius. Salah satu cara sederhana untuk mengatasi kesemutan adalah dengan mengurangi tekanan pada saraf yang terdampak. Pastikan tidak ada bagian tubuh yang terhimpit, misalnya dengan mengubah posisi duduk atau menghindari bersandar pada satu lengan. Pergerakan ringan juga dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah, yang berperan penting dalam meredakan ketidaknyamanan. Jika tangan mengalami kesemutan, mengepal dan membuka telapak tangan beberapa kali bisa membantu melancarkan aliran darah. Sedangkan jika terjadi pada kaki, menggoyangkan jari-jari kaki dapat membantu meredakan sensasi tersebut. Untuk kesemutan di lengan, menggerakkan kepala secara perlahan dapat mengurangi tekanan di leher dan meredakan gejala.

Meskipun kesemutan umumnya tidak berisiko, dalam beberapa situasi, gejala yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat mengindikasikan adanya kondisi kesehatan yang lebih serius. Parestesia kronis dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis seperti stroke, multiple sclerosis, peradangan otak atau sumsum tulang belakang, serta gangguan saraf lainnya. Faktor lain seperti diabetes, hipotiroidisme, hiperventilasi, atau bahkan paparan zat beracun juga dapat memicu kondisi ini. Beberapa obat dan pola makan yang kurang sehat juga bisa menjadi pemicunya. Jika kesemutan terjadi terus-menerus dan semakin parah meskipun sudah mencoba berbagai cara untuk meredakannya, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Mengubah posisi atau melakukan gerakan ringan biasanya cukup untuk mengatasi kesemutan sementara. Namun, jika gejala terus berlanjut, bisa jadi ini merupakan tanda dari masalah kesehatan yang lebih serius yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Atasi Nyeri Punggung Bawah Sebelum Mengganggu Aktivitas Sehari-hari

Nyeri punggung bawah atau low back pain merupakan keluhan umum yang dialami banyak orang. Rasa sakit ini bisa muncul secara tiba-tiba atau berkembang perlahan, menyebabkan ketidaknyamanan hingga membatasi pergerakan. Meski sering dianggap sepele, kondisi ini bisa berdampak serius pada kualitas hidup jika tidak ditangani dengan tepat. Low back pain terjadi pada bagian bawah punggung yang mencakup tulang belakang, pinggang, panggul, hingga dapat menjalar ke bokong dan kaki.

Menurut dokter spesialis kedokteran rehabilitasi medik dan fisik, Ertania Nirmala, penyebab nyeri ini bisa berasal dari gangguan otot, tulang belakang, persendian, saraf, hingga organ dalam di sekitar punggung bawah. Faktor paling umum adalah ketegangan otot yang terjadi secara bertahap atau cedera yang menimbulkan nyeri secara mendadak. Selain itu, kondisi seperti artritis, osteoporosis, skoliosis, saraf terjepit, hingga batu ginjal juga dapat menjadi pemicu.

Beberapa faktor risiko turut meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami low back pain, di antaranya usia 30–50 tahun, obesitas, kehamilan, sering mengangkat beban berat, gerakan tiba-tiba yang memberi tekanan pada punggung, cedera akibat olahraga, hingga postur tubuh yang buruk saat duduk atau berdiri. Gejala yang sering muncul meliputi nyeri tumpul atau menusuk pada punggung bawah, kesulitan berdiri tegak, serta sensasi kebas dan kesemutan pada tungkai bawah.

Ertania menjelaskan bahwa dalam beberapa kasus, nyeri ringan dapat membaik dengan sendirinya. Namun, jika tidak nyaman, penderita bisa mengompres dingin area yang sakit selama 10 menit, lalu beralih ke kompres hangat setelah beberapa hari. Bila nyeri berlanjut, penggunaan obat pereda nyeri seperti parasetamol bisa menjadi pilihan. Jika kondisi tidak membaik, konsultasi dengan dokter diperlukan untuk mendapatkan obat pelemas otot atau fisioterapi guna meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas otot. Pada kasus yang lebih serius akibat kelainan tulang belakang atau saraf terjepit, tindakan medis lebih lanjut seperti operasi bisa menjadi solusi terakhir.