Dalam rangka memperingati Hari Kanker Anak Sedunia yang jatuh pada 15 Februari 2025, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi meluncurkan Rencana Aksi Nasional Kanker Anak 2025-2029. Program ini menjadi bagian dari Rencana Kanker Nasional 2024-2034, yang bertujuan untuk memperkuat upaya pengendalian kanker anak di Indonesia. Peluncuran ini dilakukan pada Kamis (20/2/2024) sebagai langkah nyata pemerintah dalam meningkatkan akses layanan kesehatan bagi anak-anak penderita kanker.
Kanker masih menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia, menempati posisi ketiga sebagai penyakit tidak menular (PTM) dengan dampak yang luas. Berdasarkan laporan Globocan 2022, tercatat lebih dari 408.661 kasus baru dengan angka kematian mencapai 242.099 jiwa akibat kanker di Indonesia.
Di antara jumlah tersebut, kanker pada anak menjadi perhatian khusus. Pada 2020, terdapat sekitar 11.156 kasus baru kanker pada anak usia 0-19 tahun, dengan leukemia sebagai jenis kanker paling umum (34,8%) atau sekitar 3.880 kasus. Selain itu, kanker getah bening (limfoma) dan kanker otak juga menempati peringkat tinggi dalam daftar penyakit kanker yang menyerang anak-anak.
Meningkatkan Layanan dan Akses Pengobatan Kanker Anak
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa peningkatan layanan kanker anak harus dilakukan secara komprehensif dengan pendekatan kolaboratif dan berkelanjutan. Ini mencakup peran tenaga medis, komunitas, serta dukungan finansial yang lebih luas untuk memastikan pasien mendapatkan akses pengobatan yang lebih baik.
Sebagai pusat kanker nasional, RS Kanker Dharmais diharapkan menjadi percontohan dalam pengembangan layanan inovatif bagi pasien kanker anak. Selain meningkatkan kapasitas rumah sakit, pemerintah juga menargetkan desentralisasi layanan kanker anak agar pasien tidak harus bepergian jauh untuk mendapatkan perawatan yang optimal.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan satu rumah sakit saja. Kita harus memperkuat layanan kanker anak di 34 provinsi, sehingga pasien bisa mendapatkan pengobatan lebih dekat dengan tempat tinggal mereka,” ujar Menkes Budi.
Selain itu, pemerintah juga mendorong subsidi silang dalam pembiayaan layanan kanker. Menkes menjelaskan bahwa kombinasi pasien BPJS dan non-BPJS diperlukan untuk menjaga keberlanjutan layanan di rumah sakit. Keberadaan pasien non-BPJS bukan bertujuan untuk mencari keuntungan, tetapi untuk membantu menutupi biaya pengobatan pasien yang kurang mampu.
“Kami ingin RS Kanker Dharmais dapat melayani lebih banyak pasien dari berbagai latar belakang ekonomi. Dengan adanya pasien non-BPJS, dana yang diperoleh bisa membantu membiayai pengobatan anak-anak penderita kanker yang membutuhkan,” tambahnya.
Peran Komunitas dan Keluarga dalam Perawatan Kanker Anak
Menkes Budi juga menyoroti pentingnya peran komunitas dan keluarga dalam mendukung anak-anak yang berjuang melawan kanker. Ia menekankan bahwa pengobatan kanker bukan hanya soal perawatan medis, tetapi juga membutuhkan dukungan psikososial yang kuat.
“Pasien kanker anak memerlukan dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Ruang bagi keluarga dan komunitas harus lebih diperbanyak agar mereka dapat berbagi pengalaman dan memberikan dukungan moral,” ungkapnya.
Sebagai bentuk implementasi dari hal ini, Kementerian Kesehatan berencana menyediakan fasilitas yang lebih ramah komunitas di rumah sakit, termasuk ruang interaksi bagi keluarga pasien serta komunitas pendukung.
Teknologi Deteksi Dini untuk Meningkatkan Kesembuhan
Deteksi dini menjadi salah satu fokus utama dalam Rencana Aksi Nasional Kanker Anak 2025-2029. Dengan kemajuan teknologi medis, kini kanker dapat dideteksi lebih awal melalui pemeriksaan genetik, analisis ekspresi RNA, serta sirkulasi DNA tumor.
Menkes mencontohkan beberapa negara seperti Thailand dan Vietnam yang telah lebih dahulu menerapkan teknologi ini dalam program kesehatan mereka. Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa RS Kanker Dharmais harus menjadi pionir dalam pemanfaatan teknologi modern guna memberikan diagnosis yang lebih cepat dan akurat bagi pasien kanker anak.
“Semakin dini kanker didiagnosis, semakin besar peluang kesembuhannya. Dengan teknologi yang semakin berkembang, kita harus memanfaatkannya untuk menyelamatkan lebih banyak anak,” ujarnya.
RS Kanker Dharmais: Pusat Layanan dan Rujukan Nasional
Direktur Utama RS Kanker Dharmais, dr. Soeko, mengungkapkan bahwa pihaknya berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas layanan kanker anak melalui penguatan fasilitas serta kolaborasi lintas sektor.
“Pembangunan fasilitas baru di RS Kanker Dharmais merupakan langkah besar bagi peningkatan layanan bagi pasien kanker anak. Setelah melalui berbagai tantangan selama dua tahun, akhirnya gedung baru ini siap digunakan,” ujarnya.
Keberadaan fasilitas baru ini diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan pasien serta menarik lebih banyak pasien dari luar negeri untuk menjalani pengobatan di Indonesia. Selain itu, RS Kanker Dharmais juga semakin mempererat kerja sama dengan berbagai rumah sakit daerah, seperti RS Mamusada Bali, guna memperluas akses layanan kanker di berbagai wilayah.
“Kami menyambut baik kerja sama dengan berbagai rumah sakit di seluruh Indonesia. Dengan semakin banyaknya rumah sakit yang bisa menangani kanker anak, kita bisa memastikan lebih banyak anak Indonesia mendapatkan perawatan lebih baik dan lebih dekat dengan tempat tinggal mereka,” tambahnya.
Menuju Masa Depan yang Lebih Baik untuk Anak Penderita Kanker
Sebagai pusat kanker nasional, RS Kanker Dharmais tidak hanya berfokus pada layanan pengobatan, tetapi juga pada pengembangan penelitian dan inovasi dalam bidang onkologi anak. Salah satu langkah yang tengah dikembangkan adalah layanan pemeriksaan genomik, yang memungkinkan deteksi dini risiko kanker pada anak-anak melalui teknologi mutakhir.
Menkes menegaskan bahwa dengan implementasi strategi yang tepat, pemerintah menargetkan angka kesembuhan kanker anak di Indonesia dapat meningkat dari 24% menjadi lebih dari 50% dalam beberapa tahun ke depan.
“Kami ingin melihat lebih banyak anak Indonesia yang berhasil sembuh dari kanker dan dapat menjalani kehidupan yang lebih baik. Untuk itu, kerja sama antara pemerintah, rumah sakit, komunitas, serta masyarakat sangat dibutuhkan,” tutupnya.
Dengan peluncuran Rencana Aksi Nasional Kanker Anak 2025-2029, serta penguatan fasilitas dan kerja sama lintas sektor, Indonesia semakin siap menghadapi tantangan kanker anak dan memberikan harapan baru bagi ribuan anak yang tengah berjuang melawan penyakit ini.