Penyebab dan Cara Mengatasi Darah Rendah, Ini 8 Pilihan yang Bisa Dicoba

Tekanan darah rendah atau hipotensi bisa menyebabkan gejala yang sangat mengganggu, seperti pusing atau bahkan rasa ingin pingsan. Meskipun kondisi ini umumnya dapat membaik dengan sendirinya, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan tekanan darah agar tubuh kembali merasa lebih segar. Berikut adalah beberapa tips yang bisa Anda coba untuk mengatasi darah rendah.

1. Mengonsumsi Makanan yang Mengandung Garam

Makanan yang kaya akan garam atau sodium dapat membantu meningkatkan tekanan darah. Mengonsumsi garam dalam jumlah yang tepat dapat membantu mengangkat tekanan darah rendah. Namun, penting untuk tidak mengonsumsinya secara berlebihan, karena kelebihan garam dapat meningkatkan risiko gagal jantung, terutama bagi orang lanjut usia. Oleh karena itu, selalu perhatikan kadar garam yang masuk ke dalam tubuh.

2. Perbanyak Minum Air Putih

Salah satu cara yang mudah dan alami untuk meningkatkan tekanan darah adalah dengan memperbanyak asupan air putih. Dehidrasi dapat menyebabkan penurunan volume darah yang mengarah pada tekanan darah rendah. Dengan mencukupi kebutuhan air, tubuh akan terhindar dari dehidrasi yang dapat memperburuk kondisi hipotensi.

3. Menggunakan Kaos Kaki Kompresi

Kaos kaki kompresi tidak hanya digunakan untuk mengatasi varises, tetapi juga sangat efektif dalam meningkatkan aliran darah dari kaki ke jantung. Penggunaan kaos kaki kompresi dapat membantu meringankan gejala tekanan darah rendah, terutama jika Anda merasa pusing atau kaki terasa lemah.

4. Menghindari Minuman Beralkohol

Meskipun minuman beralkohol dapat memberi rasa rileks, alkohol justru dapat menyebabkan penurunan tekanan darah dalam waktu 12 jam setelah dikonsumsi. Oleh karena itu, bagi Anda yang memiliki masalah dengan tekanan darah rendah, sebaiknya menghindari atau membatasi konsumsi alkohol.

5. Perhatikan Posisi Tubuh

Posisi tubuh yang tiba-tiba berubah, seperti berdiri terlalu cepat dari posisi duduk atau berbaring, dapat menyebabkan penurunan tekanan darah. Jika Anda merasa pusing atau lemas saat berdiri, cobalah untuk segera mengubah posisi tubuh secara perlahan dengan meletakkan kaki di atas kursi dan membungkukkan badan untuk membantu meningkatkan aliran darah.

6. Konsumsi Obat-obatan

Untuk beberapa kasus hipotensi yang lebih serius, dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan tertentu yang dapat membantu meningkatkan volume darah dalam tubuh. Jika Anda merasa kesulitan dengan tekanan darah rendah, berkonsultasilah dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai.

7. Makan dengan Porsi Kecil

Setelah makan, beberapa orang dengan tekanan darah rendah mungkin merasa pusing. Untuk itu, makan dengan porsi kecil namun lebih sering dapat mencegah penurunan tekanan darah yang drastis setelah makan. Anda juga sebaiknya menghindari makanan yang mengandung banyak karbohidrat sederhana seperti nasi putih, pasta, atau roti.

8. Olahraga Secara Teratur

Melakukan olahraga aerobik dengan intensitas moderat, seperti berjalan cepat, bersepeda, atau berenang, sangat baik untuk menjaga keseimbangan tekanan darah. Aktivitas fisik yang rutin membantu melancarkan aliran darah dan memperkuat sistem kardiovaskular.

9. Konsultasi dengan Dokter

Jika tekanan darah rendah Anda tidak kunjung membaik atau gejalanya semakin parah, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan yang tepat. Mengandalkan obat-obatan yang tidak teruji atau diagnosis sendiri bisa berisiko bagi kesehatan Anda.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, Anda dapat menjaga tekanan darah tetap stabil dan menghindari komplikasi yang lebih serius. Jangan ragu untuk meminta saran medis jika Anda merasa tekanan darah rendah mengganggu aktivitas sehari-hari.

Cegah Risiko Siber, Kemenkes Perketat Uji Keamanan Inovasi Digital

Jakarta – Dalam upaya meningkatkan kualitas dan keamanan inovasi digital di sektor kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) kini menerapkan Regulatory Sandbox, sebuah mekanisme pengujian yang bertujuan untuk memastikan startup kesehatan beroperasi dengan standar yang aman dan sesuai regulasi.

Regulatory Sandbox memberikan ‘ruang aman’ bagi pelaku industri Inovasi Digital Kesehatan (IDK) untuk mengembangkan teknologi baru sambil tetap berada dalam pengawasan pemerintah. Program ini juga membantu Kemenkes dalam menyusun regulasi yang lebih adaptif terhadap perkembangan teknologi kesehatan yang semakin pesat.

“Regulatory Sandbox adalah mekanisme yang kami gunakan untuk menguji inovasi digital kesehatan, baik dari sisi proses bisnis, model bisnis, teknologi, hingga tata kelola. Hasil dari uji coba ini akan menjadi dasar rekomendasi kebijakan berbasis bukti bagi pemerintah,” ujar Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan Kemenkes, Setiaji, dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (4/2/2025).

Startup Kesehatan yang Lolos Uji Regulatory Sandbox

Program ini mencakup berbagai inovasi digital di bidang kesehatan, seperti aplikasi telemedicine dan platform penjualan obat. Setiap IDK yang berhasil melewati uji Regulatory Sandbox akan mendapatkan sertifikasi Kemenkes, yang ditandai dengan adanya logo Kementerian Kesehatan pada aplikasi mereka.

Menurut Setiaji, saat ini sudah ada 15 IDK yang dinyatakan lolos uji. Proses pengujian mencakup lima aspek utama, yaitu:

  1. Inovasi dan manfaat – Meliputi pengujian kualitas produk, standar layanan, teknologi, serta infrastruktur yang digunakan.
  2. Model bisnis – Menilai keberlanjutan finansial, struktur organisasi, serta skema operasional startup.
  3. Spesifik klaster – Mengukur kepatuhan terhadap standar mutu layanan dalam berbagai kategori, seperti edukasi kesehatan, marketplace obat, serta alat kesehatan.
  4. Inklusivitas – Mengevaluasi aksesibilitas layanan bagi seluruh pengguna, termasuk kelompok rentan dan penyandang disabilitas.
  5. Keamanan siber dan privasi data – Memastikan bahwa startup memiliki sistem keamanan yang kuat untuk melindungi data pengguna.

Aspek Inklusivitas dalam Pengujian IDK

Salah satu elemen baru dalam Regulatory Sandbox adalah pengujian inklusivitas, yang menilai sejauh mana IDK dapat diakses oleh berbagai kelompok masyarakat, termasuk penyandang disabilitas.

“Saat ini, tidak semua IDK telah memenuhi standar inklusivitas. Misalnya, untuk pengguna tunanetra, kami menguji apakah aplikasi mendukung fitur voice over. Begitu juga bagi komunitas Tuli, apakah tersedia teks atau video panduan dalam bahasa isyarat,” jelas Setiaji.

Dalam proses pengujian ini, Kemenkes melibatkan asosiasi penyandang disabilitas sebagai pengguna langsung. Dengan demikian, mereka bisa memberikan masukan yang lebih spesifik agar aplikasi dapat benar-benar inklusif dan mudah digunakan oleh semua orang.

Selain akses bagi penyandang disabilitas, Regulatory Sandbox juga menilai bagaimana IDK dapat diakses oleh kelompok rentan lainnya, seperti masyarakat di daerah terpencil yang memiliki keterbatasan jaringan internet atau bandwidth.

Pelibatan Komunitas dalam Uji Coba

Salah satu startup kesehatan yang mengikuti uji coba ini adalah Doctor Tool. Reinaldo, perwakilan dari platform tersebut, berbagi pengalaman saat mengembangkan fitur inklusif bersama komunitas penyandang disabilitas.

“Selama proses pengujian, kami mendapatkan banyak masukan dari teman-teman disabilitas. Contohnya, pengguna Tuli meminta agar tersedia lebih banyak teks karena mereka tidak bisa mendengar. Selain itu, mereka juga menyarankan adanya video panduan dalam bahasa isyarat,” ungkapnya.

Pengalaman ini menunjukkan bahwa keterlibatan langsung komunitas dalam proses pengembangan teknologi kesehatan sangat penting. Dengan adanya Regulatory Sandbox, startup tidak hanya diuji dari aspek teknis, tetapi juga dari segi manfaat sosialnya.

Kesimpulan

Regulatory Sandbox menjadi langkah maju bagi Kemenkes RI dalam mengawal perkembangan Inovasi Digital Kesehatan di Indonesia. Melalui mekanisme uji yang ketat, pemerintah memastikan bahwa startup kesehatan memiliki standar keamanan, bisnis yang berkelanjutan, serta layanan yang inklusif.

Ke depan, diharapkan lebih banyak IDK yang ikut serta dalam program ini sehingga masyarakat Indonesia bisa mendapatkan layanan kesehatan berbasis digital yang lebih aman, inovatif, dan ramah bagi semua kalangan.

Fisik Terganggu Karena Merokok: Apa yang Terjadi pada Tubuh?

Meski seorang perokok mungkin tampak sehat dan bugar, kebiasaan merokok yang sudah berlangsung lama dapat meninggalkan dampak buruk yang tak terlihat secara langsung. Dari kulit yang mulai kusam hingga perubahan pada gigi yang menguning, kebiasaan ini secara perlahan mempengaruhi kondisi fisik seseorang.

Efek Merokok pada Fungsi Paru-paru

Dr. Ronny Lesmana, peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, menjelaskan bahwa kebiasaan merokok, baik yang akut maupun kronis, dapat mengubah biomarker dalam tubuh. Menurutnya, “Seorang perokok kronis pasti memiliki gambaran paru yang berbeda. Jika dilakukan pemeriksaan rontgen, perbedaan tersebut akan sangat terlihat,” ungkapnya dalam acara bedah laporan global “Lives Saved Report” di Jakarta pada 3 Februari 2025.

Salah satu dampak yang paling jelas adalah penurunan kapasitas paru-paru. Dr. Arifandi Sanjaya menambahkan, meski gejala penyakit serius seperti kanker paru atau penyakit jantung belum terlihat, perbedaan fisik yang paling mencolok antara perokok dan bukan perokok dapat dilihat pada kemampuan tubuh dalam berolahraga. “Orang yang sering terpapar karbon monoksida akan mengalami penurunan kapasitas paru-parunya. Ini semakin buruk jika mereka juga terpapar zat-zat kimia berbahaya dalam rokok,” jelasnya.

Dampak Merokok pada Gigi dan Mulut

Selain mempengaruhi paru-paru, merokok juga memberi dampak langsung pada kesehatan mulut. Proses pemanasan dalam rokok dapat menyebabkan masalah serius pada gigi dan mulut. “Tar dan karbon monoksida yang terkandung dalam rokok dapat menempel pada gigi dan mulut, menyebabkan masalah seperti bau mulut, gigi menguning, bahkan penyakit gusi,” tambah Dr. Arifandi.

Merokok sebagai Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular

Lebih jauh, merokok juga diketahui sebagai salah satu faktor risiko utama untuk penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, stroke, dan kanker. “Jika kebiasaan merokok digabungkan dengan faktor risiko lainnya, maka kemungkinan untuk mengembangkan penyakit tersebut akan semakin besar,” jelas Dr. Arifandi. Namun, ada juga kasus di mana perokok tampak tetap sehat, bahkan setelah bertahun-tahun merokok. Menurutnya, faktor ini bisa jadi disebabkan oleh gaya hidup sehat lainnya, seperti rutin berolahraga, menghindari makanan berminyak, dan menjaga pola makan sehat.

Kesimpulan

Meskipun ada perokok yang tidak langsung merasakan dampak merokok, kebiasaan ini tetap membawa risiko kesehatan jangka panjang yang signifikan. Oleh karena itu, untuk mencegah masalah kesehatan yang lebih serius, penting bagi setiap individu untuk mempertimbangkan untuk menghentikan kebiasaan merokok dan menjaga gaya hidup yang sehat.

Musim Hujan, Dinkes Surabaya Peringatkan Lonjakan Kasus ISPA

Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya memperkirakan adanya lonjakan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di masyarakat, terutama saat musim hujan dan pasca-libur panjang akhir tahun.

“Perubahan cuaca dan mobilitas tinggi selama akhir tahun dan awal tahun baru meningkatkan risiko kasus ISPA, influenza, dan radang tenggorokan,” ujar Kepala Dinkes Surabaya, Nanik Sukristina, Minggu (5/1/2024).

Faktor Risiko Lonjakan Kasus ISPA

Menurut Nanik, sejumlah faktor berkontribusi terhadap peningkatan kasus ISPA, di antaranya:

  1. Perubahan Cuaca Ekstrem
    Pergantian musim dan perbedaan suhu antara siang dan malam dapat melemahkan daya tahan tubuh, membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi.
  2. Aktivitas Tinggi Selama Liburan
    Periode liburan sering kali melibatkan interaksi sosial yang intens, meningkatkan risiko penyebaran penyakit melalui droplet atau kontak langsung.
  3. Kelelahan Akibat Jadwal Padat
    Aktivitas liburan yang padat, kurang tidur, dan stres dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, mempermudah virus dan bakteri menyerang.
  4. Kurangnya Kesadaran Pencegahan
    Tidak memakai masker saat sakit atau jarang mencuci tangan menjadi faktor yang memperburuk penyebaran penyakit.
  5. Lingkungan yang Tidak Higienis
    Tempat umum yang ramai dan kurang bersih dapat menjadi sarang penyebaran virus dan bakteri.

Dampak Cuaca dan Polusi Udara

Peningkatan kasus ISPA diperkirakan memuncak pada bulan November dan Desember, bersamaan dengan peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Tingginya kelembapan udara selama musim hujan menciptakan kondisi ideal bagi pertumbuhan virus dan bakteri penyebab ISPA.

Polusi udara akibat kendaraan bermotor dan aktivitas industri juga menjadi salah satu faktor yang memperburuk kondisi kesehatan saluran pernapasan. Kombinasi polusi dan kelembapan tinggi dapat memicu iritasi dan memperburuk gejala ISPA.

Pencegahan ISPA Selama Musim Hujan

Nanik mengimbau masyarakat untuk menjaga daya tahan tubuh dengan menerapkan gaya hidup sehat dan kebiasaan pencegahan. Berikut sejumlah langkah yang bisa diambil:

  • Cuci Tangan Secara Teratur: Gunakan sabun dan air mengalir, terutama setelah beraktivitas di tempat umum.
  • Gunakan Masker: Pastikan memakai masker saat berada di tempat ramai atau saat merasa tidak sehat.
  • Jaga Jarak Aman: Hindari kontak dekat dengan orang yang menunjukkan gejala sakit.
  • Tidur yang Cukup: Pastikan tubuh mendapatkan istirahat yang cukup untuk menjaga sistem imun tetap optimal.
  • Makan Makanan Bergizi: Konsumsi makanan yang seimbang untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
  • Vaksinasi Influenza: Lakukan vaksinasi sesuai rekomendasi dokter untuk mencegah infeksi.

Kesadaran Kesehatan Selama Nataru

Masyarakat di Surabaya diharapkan lebih peduli terhadap kesehatan selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru), di mana risiko penularan penyakit meningkat akibat cuaca buruk dan tingginya mobilitas.

“Penting untuk menjaga kebersihan dan memperhatikan pola hidup sehat selama musim hujan dan masa liburan. Dengan begitu, kita bisa mencegah risiko ISPA dan penyakit lainnya,” tutup Nanik.

Musim Hujan: Pentingnya Kewaspadaan terhadap Penyakit Leptospirosis

Musim hujan membawa berbagai risiko kesehatan, termasuk penularan leptospirosis, penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang ditularkan melalui air kencing tikus. Untuk mengurangi risiko, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan menjaga kebersihan lingkungan.

“Sejak Januari hingga November 2024, kami mencatat tujuh kasus leptospirosis dengan satu korban meninggal dunia,” ujar Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu, di Yogyakarta, Rabu (4/12/2024).

Tidak Ada Lonjakan Kasus, Tetap Waspada

Meski belum terjadi lonjakan kasus leptospirosis selama musim hujan, Dinkes Kota Yogyakarta tetap mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Tikus, sebagai pembawa bakteri Leptospira, cenderung lebih aktif berkembang biak di lingkungan yang lembap akibat curah hujan tinggi.

“PHBS dapat dilakukan dengan cara sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun setelah beraktivitas di tempat yang berisiko,” jelas Endang.

Genangan air pascahujan berpotensi tercemar oleh kencing tikus, sehingga menjadi sumber paparan bakteri. Selain itu, tumpukan sampah rumah tangga, khususnya limbah makanan, yang bercampur dengan genangan air juga dapat memancing tikus untuk datang dan menyebarkan bakteri.

“Jika masyarakat konsisten menerapkan PHBS, risiko leptospirosis bisa diminimalkan,” tambahnya.

Survei Tikus: Temuan Penting

Pada awal tahun 2024, Dinkes Kota Yogyakarta melakukan survei terhadap populasi tikus di sejumlah wilayah. Hasilnya, ditemukan tikus yang positif membawa bakteri Leptospira di salah satu kecamatan. Hal ini menjadi pengingat bahwa pencegahan harus dilakukan secara berkelanjutan.

Lana Unwanah, Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinkes Kota Yogyakarta, menjelaskan bahwa leptospirosis ditularkan melalui kontak dengan air, lumpur, atau lingkungan yang tercemar kencing tikus.

“Bakteri ini masuk ke tubuh manusia melalui kulit yang lecet atau selaput lendir,” ujarnya. Aktivitas seperti menyentuh air di sungai, selokan, atau lumpur tanpa perlindungan meningkatkan risiko infeksi.

Gejala dan Tindakan Pencegahan

Lana menyebut beberapa gejala yang mungkin dialami oleh penderita leptospirosis, antara lain:

  • Demam tinggi.
  • Nyeri kepala.
  • Nyeri otot, terutama di betis dan paha.
  • Mata kuning, merah, atau iritasi.
  • Diare.

Jika masyarakat mengalami gejala tersebut, terutama setelah melakukan aktivitas yang berisiko, seperti bekerja di lingkungan yang terkontaminasi urine tikus, mereka dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.

“Hingga saat ini, kasus leptospirosis masih terkendali. Namun, masyarakat harus tetap waspada dan aktif mencegah penyakit ini,” tegas Lana.

Langkah Pencegahan Leptospirosis

Demi mencegah penularan leptospirosis, masyarakat dapat melakukan langkah-langkah berikut:

  1. Selalu mencuci tangan dengan sabun setelah beraktivitas.
  2. Mengelola sampah dengan baik, terutama limbah makanan, agar tidak memancing tikus.
  3. Menghindari kontak langsung dengan genangan air, sungai, atau lumpur tanpa perlindungan seperti sepatu bot.
  4. Menutup luka terbuka untuk mencegah masuknya bakteri.

Dengan langkah pencegahan yang konsisten, risiko leptospirosis dapat diminimalkan, terutama selama musim hujan.

Leptospirosis adalah penyakit serius yang dapat dicegah dengan penerapan pola hidup bersih dan sehat. Masyarakat diimbau untuk menjaga kebersihan lingkungan, terutama selama musim hujan, guna mengurangi risiko penularan bakteri Leptospira.

Artikel ini dioptimalkan dengan kata kunci seperti leptospirosis musim hujan, pencegahan leptospirosis, dan gejala leptospirosis untuk meningkatkan visibilitas di mesin pencari. 😊

6 Tips Ampuh Kurangi Asupan Gula dengan Mudah, Siap Coba?

Langkah pertama adalah memahami seberapa banyak gula yang Anda konsumsi setiap hari. Catat semua makanan dan minuman yang Anda konsumsi selama seminggu. Gunakan aplikasi kesehatan atau jurnal untuk memudahkan pencatatan.

Di akhir minggu, evaluasi catatan tersebut untuk mengenali pola konsumsi gula Anda. Dengan kesadaran ini, Anda dapat menentukan langkah-langkah kecil untuk mengurangi asupan gula secara bertahap.

2. Singkirkan Makanan Manis dari Pandangan

Jika makanan manis seperti cokelat, kue, atau minuman soda mudah dijangkau, godaan untuk mengonsumsinya akan lebih besar. Solusinya, simpan camilan manis di tempat yang sulit diakses atau jauh dari pandangan.

Letakkan makanan sehat, seperti buah-buahan, di tempat yang lebih mudah terlihat. Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung, Anda akan lebih termotivasi untuk memilih camilan yang sehat.

3. Ganti dengan Alternatif Lebih Sehat

Daripada sepenuhnya menghilangkan gula, cobalah menggantinya dengan pilihan yang lebih sehat. Jika Anda suka minuman manis, ganti dengan air putih yang diberi irisan lemon atau buah segar.

Untuk camilan, pilih buah-buahan segar, kacang-kacangan, atau yogurt rendah gula. Cara ini memungkinkan Anda tetap menikmati rasa manis, tetapi dengan dampak yang lebih baik bagi kesehatan.

4. Nikmati Makanan dengan Sadar

Jika Anda benar-benar menginginkan sesuatu yang manis, jangan melarang diri Anda sepenuhnya. Sebaliknya, nikmati dengan perlahan dan penuh kesadaran.

Misalnya, saat makan sepotong kue, duduklah dengan tenang dan nikmati setiap gigitan. Cara ini tidak hanya membuat Anda merasa puas, tetapi juga mencegah konsumsi berlebihan.

5. Perbanyak Air Putih dan Serat

Keinginan untuk makanan manis sering kali merupakan tanda tubuh membutuhkan cairan atau serat. Saat Anda merasa ingin makan manis, coba minum segelas air putih terlebih dahulu.

Konsumsi camilan kaya serat seperti apel atau kacang almond untuk membantu menjaga gula darah tetap stabil. Serat juga membantu Anda merasa kenyang lebih lama, sehingga keinginan untuk makanan manis akan berkurang.

6. Fokus pada Makanan Segar dan Alami

Buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian adalah sumber nutrisi alami yang jauh lebih baik dibandingkan makanan olahan. Hindari makanan kemasan yang sering mengandung gula tambahan.

Siapkan camilan sehat seperti potongan buah segar atau sayuran yang mudah dikonsumsi kapan saja. Sebagai contoh, membawa wortel kecil atau jeruk sebagai camilan saat bepergian bisa menjadi solusi praktis.

Kesimpulan

Mengurangi gula tidak harus terasa seperti kehilangan kenikmatan hidup. Dengan mengenali kebiasaan konsumsi Anda, memilih alternatif sehat, dan memperbanyak serat serta air putih, Anda bisa menjalani hidup yang lebih sehat tanpa merasa tersiksa.

Ingat, perubahan kecil yang konsisten lebih efektif daripada perubahan besar yang sulit dilakukan. Selamat mencoba, dan nikmati perjalanan menuju kesehatan yang lebih baik!

Kemenkes Tingkatkan Upaya Cegah Lonjakan Kematian Akibat Resistensi Antimikroba

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus berupaya menangani tiga isu utama yang menjadi penyebab resistensi antimikroba (antimicrobial resistance atau AMR). Ketiga isu tersebut meliputi kurangnya kesadaran masyarakat, mudahnya akses terhadap antibiotik tanpa resep dokter, serta penggunaan antibiotik yang tidak tepat di sektor pertanian.

Azhar Jaya, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan di Kementerian Kesehatan, menyatakan bahwa kasus kematian akibat resistensi antimikroba menunjukkan tren peningkatan. Pada 2019, jumlah kematian mencapai 1,2 juta jiwa dan diprediksi akan melonjak hingga 10 juta jiwa pada 2050 jika tidak ada langkah penanganan yang efektif.

“Di Indonesia, penyalahgunaan antibiotik masih menjadi masalah serius. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat serta mudahnya mendapatkan antibiotik tanpa resep dokter,” ujar Azhar pada Kamis (21/11/2024).

Faktor Penyebab Resistensi Antimikroba

Azhar menjelaskan, penjualan antibiotik tanpa resep dokter kerap terjadi di apotek, warung, hingga toko obat berizin. Fenomena ini menjadi perhatian serius karena meningkatkan risiko penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan kebutuhan medis.

Selain itu, sektor pertanian juga menjadi salah satu penyumbang masalah AMR. Banyak petani dan peternak menggunakan antibiotik untuk menjaga kesehatan hewan ternak seperti ayam, sapi, dan ikan. Akumulasi antibiotik dalam tubuh hewan dapat masuk ke tubuh manusia melalui konsumsi, yang akhirnya memperburuk resistensi terhadap antimikroba.

Langkah Edukasi dan Pengawasan

Untuk mengatasi masalah ini, Kemenkes menggelar seminar dalam rangka Pekan Kesadaran AMR Sedunia (World AMR Awareness Week/WAAW), yang berlangsung pada 18-24 November. Kegiatan ini ditujukan untuk memperluas wawasan masyarakat mengenai risiko resistensi antimikroba.

Sebagai bagian dari strategi, materi tentang AMR juga telah dimasukkan ke dalam standar akreditasi pelayanan kesehatan. Langkah ini diharapkan mendorong para dokter dan tenaga medis untuk lebih bijak dalam meresepkan antibiotik.

Kerja Sama Lintas Sektor

Upaya pencegahan AMR juga melibatkan kerja sama lintas sektor. Kementerian Kesehatan menggandeng berbagai pemangku kepentingan, seperti Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Kolaborasi ini dirancang untuk mengontrol penggunaan antibiotik secara lebih komprehensif, baik di sektor medis maupun non-medis.

Resistensi antimikroba menjadi tantangan kesehatan dunia yang harus ditangani dengan segera. Melalui edukasi, pengawasan, dan kerja sama lintas sektor, Kementerian Kesehatan berharap dapat menekan angka resistensi antibiotik di Indonesia dan melindungi masyarakat dari ancaman kesehatan yang lebih besar di masa depan.

7 Motivasi untuk Olahraga, Kunci untuk Kesehatan Tubuh dan Pikiran yang Lebih Baik

Olahraga secara rutin adalah salah satu kunci utama untuk menjaga kesehatan tubuh dan pikiran. Selain meningkatkan kebugaran fisik, olahraga juga memiliki manfaat penting bagi kesehatan mental. Namun, menjaga konsistensi dan motivasi dalam berolahraga sering kali menjadi tantangan tersendiri, terutama di tengah kesibukan dan rasa lelah.

Agar Anda tetap bersemangat dalam menjalani rutinitas olahraga, berikut ini adalah tujuh cara efektif untuk membuat olahraga lebih menyenangkan dan meningkatkan motivasi Anda.

1. Mulai dengan Tujuan yang Sederhana

Menetapkan sasaran olahraga yang sederhana dan mudah dicapai dapat membantu Anda merasa lebih termotivasi. Misalnya, awali dengan berjalan kaki selama 15 menit setiap hari. Keberhasilan dalam mencapai tujuan kecil akan memicu semangat Anda untuk terus berolahraga.

2. Pilih Jenis Olahraga yang Anda Nikmati

Menemukan olahraga yang sesuai dengan minat Anda, seperti bersepeda, berenang, atau yoga, dapat membuat aktivitas ini terasa lebih menyenangkan. Ketika Anda menikmati olahraga yang dilakukan, olahraga tidak lagi terasa seperti kewajiban, melainkan sebagai waktu untuk bersenang-senang.

3. Jadikan Olahraga Sebagai Waktu Bersantai

Manfaatkan olahraga sebagai waktu untuk relaksasi atau “me time.” Dengarkan musik favorit, podcast inspiratif, atau sekadar menikmati ketenangan saat berolahraga. Olahraga yang dikombinasikan dengan waktu pribadi akan terasa lebih istimewa dan memotivasi.

4. Berolahraga dengan Teman atau Komunitas

Mengajak teman atau bergabung dengan komunitas olahraga bisa menambah semangat dan membuat aktivitas ini lebih menyenangkan. Dukungan dari orang lain dapat meningkatkan motivasi dan membangun tanggung jawab bersama untuk tetap aktif.

5. Pilih Lokasi Olahraga yang Menyenangkan

Cobalah berolahraga di luar ruangan, seperti di taman atau pantai, untuk suasana yang berbeda. Pemandangan alam yang menyegarkan akan memberikan pengalaman yang lebih menyenangkan, membuat Anda semakin bersemangat untuk beraktivitas.

6. Manfaatkan Teknologi untuk Memonitor Kemajuan

Aplikasi kebugaran atau perangkat pelacak aktivitas bisa membantu Anda memantau perkembangan latihan. Melihat hasil dari setiap usaha yang Anda lakukan, seperti jumlah langkah atau kalori yang terbakar, dapat menjadi motivasi tambahan.

7. Beri Apresiasi untuk Setiap Prestasi

Rayakan setiap pencapaian yang Anda raih dalam olahraga dengan memberi hadiah kecil pada diri sendiri. Mengapresiasi diri bisa meningkatkan motivasi untuk terus berkomitmen pada kebiasaan sehat ini.

Dengan mencoba strategi-strategi di atas, Anda dapat membangun kebiasaan olahraga yang menyenangkan dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan pikiran.

Bahaya Memberi Jus Buah pada Bayi di Bawah 1 Tahun, Ini Penjelasannya

Jus buah sering kali dianggap aman dan bermanfaat untuk anak-anak karena kaya vitamin C. Namun, bagi bayi, pemberian jus buah sebaiknya ditunda hingga mereka berusia lebih dari satu tahun.

Menurut dokter anak, Kimberly Churbock, bayi di bawah usia satu tahun sebaiknya tidak diberikan jus buah, bahkan jika jus tersebut dibuat dari buah segar tanpa tambahan gula. Jus buah, meskipun terlihat sehat, memiliki kandungan gula yang cukup tinggi, yang tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi bayi.

“Anak yang usianya belum mencapai satu tahun sebaiknya tidak mengonsumsi jus, karena kandungan gula di dalamnya sangat tinggi,” jelas dr. Churbock.

Churbock menekankan bahwa semua jenis jus buah, termasuk yang telah diencerkan dengan air, tidak dianjurkan untuk bayi. Nutrisi yang dibutuhkan bayi sangat berbeda dengan anak yang lebih besar, dan ada makanan tertentu yang sebaiknya dihindari hingga mereka mencapai usia yang tepat.

Selama enam bulan pertama kehidupan, bayi disarankan hanya diberi ASI atau susu formula, yang memberikan nutrisi penting bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Pemberian makanan atau minuman lain, seperti jus atau air putih, dianggap tidak memiliki manfaat nutrisi pada usia ini.

Ketika bayi mulai mengonsumsi makanan pendamping ASI (MPASI) pada usia enam bulan, menu yang diberikan harus mengandung protein nabati dan nutrisi lainnya, misalnya bubur ikan dan jagung, bubur daging dengan kacang merah, atau makaroni keju. Potongan kecil buah segar bisa diperkenalkan sebagai bagian dari MPASI, asalkan dalam bentuk yang aman dan mudah dikonsumsi oleh bayi.

Namun, pemberian jus buah tetap harus ditunda hingga bayi berusia setidaknya satu tahun. Jus buah memiliki kadar gula tinggi dan rendah serat, sehingga nilai nutrisinya untuk bayi sangat terbatas. Selain itu, jus buah pada bayi juga meningkatkan risiko diare, kerusakan gigi, dan obesitas.

Dalam kasus tertentu, dokter mungkin merekomendasikan jus buah untuk membantu mengatasi sembelit pada anak. Namun, jus tersebut harus terbuat dari 100% buah tanpa tambahan gula. Bahkan dalam kondisi ini, buah segar yang dipotong kecil lebih dianjurkan karena mengandung serat yang lebih tinggi.

Untuk anak berusia 1-3 tahun, pemberian jus buah sebaiknya dibatasi maksimal 120 ml per hari. Anak usia 4-6 tahun disarankan tidak mengonsumsi lebih dari 180 ml per hari, sementara anak di atas 7 tahun tidak lebih dari satu cangkir sehari.

7 Tips Menjaga Kesehatan di Cuaca Panas: Hindari Dehidrasi dan Lindungi Kulit

Menghadapi cuaca panas, menjaga kesehatan menjadi prioritas utama. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan bahwa sebagian besar wilayah di Indonesia, terutama di Sumatera Selatan, akan mengalami suhu yang cukup tinggi. Kondisi ini dapat menyebabkan tubuh lebih mudah lelah dan rentan dehidrasi, sehingga penting untuk mengetahui cara menjaga kesehatan agar aktivitas harian tetap berjalan lancar.

Berikut adalah beberapa tips yang bisa Anda terapkan untuk menjaga kesehatan tubuh saat cuaca panas.

Tips Sehat Menghadapi Cuaca Panas

  1. Perbanyak Konsumsi Air Putih

Cuaca panas membuat tubuh kehilangan banyak cairan yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pastikan untuk minum air putih setidaknya 8-10 gelas sehari guna menjaga cairan tubuh tetap seimbang. Hindari minuman berkafein atau beralkohol, karena minuman ini dapat memperparah dehidrasi.

  1. Batasi Paparan Langsung Sinar Matahari

Usahakan untuk mengurangi paparan sinar matahari langsung, terutama antara pukul 11.00 hingga 15.00, saat matahari berada pada puncak intensitasnya. Sinar UV pada jam-jam ini dapat merusak kulit, menyebabkan kulit kering, timbulnya flek hitam, kerutan, dan tanda-tanda penuaan dini.

  1. Gunakan baju besar & menghisap keringet

Memilih pakaian yang longgar dan berbahan ringan seperti katun dapat membantu sirkulasi udara dan mengurangi rasa panas. Hindari pakaian berwarna gelap yang menyerap panas, dan pilihlah warna-warna cerah yang dapat memantulkan sinar matahari.

  1. Gunakan Sunscreen untuk Melindungi Kulit

Paparan sinar UV dapat merusak kulit, sehingga penting untuk menggunakan tabir surya dengan SPF minimal 30 sebelum beraktivitas di luar ruangan. Aplikasikan kembali setiap dua jam, terutama jika Anda berkeringat atau berada di bawah sinar matahari langsung.

  1. Pastikan Cukup Istirahat

Cuaca panas dapat menguras energi, sehingga tidur yang cukup sangat penting untuk menjaga stamina. Istirahat yang cukup membantu tubuh pulih dan menjaga kesehatan fisik, terutama jika Anda beraktivitas sepanjang hari.

  1. Kurangi Aktivitas Luar Ruangan di Tengah Hari

Suhu di luar ruangan biasanya sangat tinggi pada pukul 11 pagi hingga 3 sore. Untuk mengurangi risiko paparan panas berlebih, usahakan untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan pada jam-jam tersebut.

  1. Waspadai Gejala Heatstroke atau Panas Berlebih

Selain menjaga pola hidup sehat, kenali tanda-tanda gejala panas berlebih, seperti keringat berlebih, kulit terasa kering dan panas, kram otot, mual, muntah, dan pusing. Jika Anda merasakan gejala-gejala tersebut, segeralah istirahat di tempat teduh, minum air putih, atau lakukan tindakan lain untuk mendinginkan tubuh.

Dengan menerapkan tips-tips di atas, Anda dapat menjaga tubuh tetap sehat dan bugar meski dalam kondisi cuaca panas yang ekstrem. Pastikan untuk selalu waspada terhadap kondisi tubuh dan tetap terhidrasi sepanjang hari.